Senna mengeluarkan sedikit kepalanya dari pintu ruang UKS, matanya melihat sekeliling dan memastikan bahwa tidak ada satupun orang yang melihatnya keluar dari ruang UKS, Senna melihat ke sisi kiri koridor dan saat melihat ke kanan. "Na." Ia dikejutkan oleh Bagas yang tiba-tiba ada di hadapannya.
Senna keluar ruang UKS dan bersikap biasa saja karena ia tidak mau kalo orang tau dia baru saja dari ruang UKS
Senna menghembuskan nafasnya keras "Basa, gue kaget tau."
"Lo gak apa-apa?"
Senna melihat ke arah Bagas bingung. "Gue hampir jantungan."
Bagas yang tidak puas dengan perkataannya hanya melihatnya. "Lo dari UKS?"
Senna langsung menutupi jari manis nya di belakang buku yang sedang ia pegang.
Senna menyangkal pertanyaan Bagas "Engga."
Bagas langsung mengerutkan dahinya. "Lo bohong ya sama gue." Bagas yang melihat Senna dengan mata yang sedikit di sipit kan.
"Gue gak apa-apa kok, gue duluan ya." Senna berjalan melewati Bagas dan pergi dari hadapan nya
Senna yang baru jalan beberapa langkah langsung di hentikan langkahnya oleh Bagas yang kini menyamakan langkahnya dengan Senna.
"Basa, ada apa lagi?" Tanya Senna yang masih menyembunyikan jari manisnya.
"Na, sorry ya. Hari ini gue gak bisa anter lo pulang." Kata Bagas sambil menatap Senna yang kini berada di hadapan nya.
"Ya gak apa apa kali, gue bukan anak kecil lagi Basa." Kata Senna sambil menepuk bahu Bagas dan meninggalkan nya di koridor sekolah
Bagas menghadap ke arah Senna berjalan dan ia berkata dalam hati. Mungkin kebetulan.
Senna berjalan di koridor sekolah, ia menempatkan buku nya di tangan kanan nya untuk menutupi jari manis yang telah di balut oleh kasa.
Senna bukan berjalan ke arah kelas, melainkan ke kantin dan sesampainya di kantin, Senna hanya diam membeku karena tidak ada satupun bangku yang kosong.
"Senna." Teriak seseorang yang sedang duduk di bangku yang ada di kantin.
Ternyata ia adalah Fania, bersama dengan Nisa.
Senna yang melihat ke arah teman teman nya langsung menghampiri dan duduk tepat di depan Fania.
"Sen, lo habis dari mana?" Tanya Nisa.
Senna menatap Nisa yang ada di samping nya. "Gue, dari perpustakaan." Bohongnya.
Fania dan Nisa menganggukan kepalanya.
"Oh. By the way, lo mau ikut seleksi kompetisi sains?" Tanya Fania.
"Gue ikut Fan." Senna sudah yakin dengan ucapan nya.
"Lo bisa daftar ke kak Saskia, Sen." Timpa Nisa
Senna hanya menganggukan kepalanya.
Ketiga nya terdiam sejenak dan Senna hanya melihat balutan kasa yang berada di jari manis nya. gue bersyukur banget bisa ketemu ka Ar. katanya di dalam hati.
***
Kring
Bel pulang sekolah berbunyi.
Seluruh murid SMA Harapan Bangsa berhamburan keluar sekolah. Hari ini Senna pulang sendiri karena Bagas ada kumpulan OSIS sehabis pulang sekolah dan Fania, ia izin pulang saat pelajaran ke tiga dimulai.
Senna melangkahkan kakinya ke luar kelas, memandang langit yang berwarna biru cerah. Langkahnya sedikit di perlambat karena cuaca hari ini sangat panas. Tidak heran jika Senna tidak jalan secepat biasanya.
gue pasti bisa. kata Senna di dalam hati.
Senna melangkahkan kakinya di cuaca yang terang benderang, sudah lima menit Senna jalan, ia duduk di bawah pohon. Senna membuka resleting tasnya dan mengambil buku kimia nya. Senna tidak membukanya sama sekali melainkan hanya memandang cover buku yang sekarang sedang ia pegang.
Pandangannya teralihkan saat mendengar suara kendaraan yang berada di hadapannya.
Senna menaikan kepalanya "Kak Ar?"
Fajrin yang mengenakan jaket coklatnya langsung melepaskan helm nya. "Sepeda lo mana?" Tanya Fajrin.
"Sepeda gue rusak kak. Sekarang rantainya putus, kebetulan Senna belum memperbaiki sepedanya."
"Lo bareng gue aja." Tawar Fajrin.
Senna hanya diam membisu menatap ke arah Fajrin. mimpi apa gue semalem. Senna sungguh tidak percaya bahwa ia diajak pulang dengan orang yang membantunya tempo hari.
Senna tidak bisa berkata-kata, matanya seolah tidak percaya dengan orang yang berada di hadapannya
"Ini helm nya." Fajrin memberikan helm nya kepada Senna.
Senna berdiri dari duduknya dan langsung mengambil helm yang diberikan oleh Fajrin dan ia langsung menaiki motor.
Senna yang dibonceng oleh Fajrin hanya terdiam sepanjang jalan sampai Fajrin memberhentikan motornya.
Fajrin melepaskan helmnya. "Turun."
Senna hanya terdiam. "Toko ice cream?" Katanya.
"Iya, turun."
Senna langsung turun dari motor Fajrin dan melepaskan helmnya.
Senna mengikuti Fajrin yang kini sedang berjalan ke dalam toko. Belum saja masuk, Fajrin memberhentikan langkahnya. "Lo tunggu disini."katanya.
Senna menganggukan kepalanya dan duduk di bangku yang berada di luar toko.
Setelah beberapa menit Fajrin masuk ke dalam toko, ia keluar dan membawakan dua ice cream dan berjalan ke arah Senna. Fajrin mengulurkan tangannya sambil memberi ice cream yang ia pegang. "Ini buat lo."
Senna menerima ice cream yang diberikan oleh Fajrin. "Thanks kak."
Keduanya duduk di kursi yang berada di luar toko.
Senna menyantap ice cream yang Fajrin berikan "Kak, lo kok tau ice cream favorite gue?" Tanya Senna
Fajrin membuka matanyalebar-lebar. "Ice cream coklat, ice cream favorite lo?" Tanyanya.
Senna menganggukan kepala. "Banget, gue suka banget."