Aku yang Salah

Quat Rain
Chapter #20

BAB 10 : NOMOR CANTIK

Senna yang jalan lebih dahulu dari pada Fania, menunggu dan di depan kamarnya. Fania yang baru sampai di depan kamar Senna hanya terdiam dan bingung.

Alisnya mengerut "Sen, bukannya gak ada tugas apa-apa ya?" 

Senna menempatkan jari telunjuk di depan bibirnya. "Shtt, lo jangan keras-keras kalo ngomong." 

"Kenapa?" Kata Fania dengan suara yang sangat kecil.

Senna langsung membuka pintu kamarnya "Lo ikut gue." 

"Fan, jangan lupa lo kunci pintunya." 

Fania mengunci pintu kamar Senna. "Ada apa sih?" Tanya Fania

Senna duduk di lantai kamarnya, kepalanya sedikit di tundukan ke arah bawah ranjang. Senna langsung mengambil brangkas yang ada dibawah ranjang. 

Fania yang melihat Senna menyeret brangkas dari bawah ranjang hanya diam dan langsung duduk di depan Senna

Matanya dibuka lebar-lebar "Sen lo dapet ini dari mana?" Tanya Fania melihat Senna mempunyai brangkas yang penuh dengan tanah.

"Gue dapet ini dari dalam tanah waktu gue mau kubur Moci, gue liat brangkas ini." Kata Senna menjelaskan.

"Wah, jangan-jangan ini harta karun Sen. Lo nanti jadi orang kaya."

Senna mengambil tisu dan membersihkan tanah yang menutupi brangkas. Setelah sedikit bersih, Senna melihat ada tiga digit kode yang tertera di brangkas yang sudah ia bersihkan. "Menurut teori gue harta karun itu pakai kunci bukan pake kode gini. Nih liat Fan, kode bukan kunci." Senna memperliharkan brangkasnya ke depan muka Fania

Fania menganggukan kepalanya dan tangan kanannya memegang dagunya. "Menarik." 

Senna melanjutkan membersihkan sisa-sisa tanah yang menutupi brangkas. "Menurut lo, angka brangkas ini berapa?" Tanya Senna.

"Menurut teori otak gue, kalo brangkas kaya gini pasti nomor cantik. Yakan." Kata Fania meyakinkan

"Dan menurut gue, angka satu dua dan tiga." Sambung Fania.

Senna langsung melihat ke arah tiga digit angka yang berada di brangkas yang sedang ia pegang. Jarinya lansung mengatur angka yang telah Fania katakan.

Angka satu dua dan tiga adalah percobaan pertama yang mereka lakukan. 

Senna yang telah mengatur angka pada brangkas langsung menekan tombol yang berada dipinggir tiga digit angka yang telah Senna atur.

Senna langsung melihat ke arah Fania. "Salah Fan, teori otak lo itu ngawur, biasanya brangkas kaya gini itu pasti di di costume sendiri, kan?"

"Apa, dua kosong sama lima?" Lanjut Fania.

Senna langsung mengatur angka brangkasnya lagi. "Tetep salah Fan." Katanya.

Keduanya terhening dan memandang ke arah brangkas yang tak kunjung menemukan angka yang sebenarnya untuk membuka brangkas.

Tigapuluh menit berlalu, keduanya masih duduk di atas lantai dan berusaha untuk menemukan angka yang tepat.


Tok tok tok

"Na, cookis udah jadi." Fena mengetuk pintu kamar Senna

Senna dan Fania panik mendengar Fena berada di depan kamarnya

"Sen, gimana ini?" Tanya Fania yang sedang panik

"Shtt... Jangan keras-keras Fan, nanti kalo mama denger gimana." Senna menempatkan jari telunjuk di bibirnya. 

"Sorry." Kata Fania sedikit berbisik. 

"Na, ini udah jadi cookisnya." Kata Fena kembali memberitahu Senna dari luar kamar. 

Senna cepat-cepat memasukan kembali brangkas yang sedang ia pegang ke bawah ranjangnya, membuang bekas tisu ke dalam tong sampah yang ada di kamarnya dan langsung membuka kunci pintu kamarnya. 

Senna melihat Fena yang membawa sepiring cookies. "Ini Na." Fena memberikan sepiring cookies kepada Senna. 

Senna berusaha untuk tidak terlihat panik dan bersikap seolah tidak ada yang sedang mereka sembunyikan. "Terimakasih mama." Kata Senna dan langsung membawa sepiring cookies yang Fena berikan. 

"Terimakasih tante." Kata Fania yang ikut berterimakasih. 

Fena menganggukan kepalanya. "Jangan lupa di habis in ya."

"Oiya Na, mama belanja sayur dulu. Na sama Ni makan cookies dulu." Kata Fena

Fena langsung meninggalkan Senna dan Fania yang masih berdiri dihadapannya. 

"Fan, kita makan di rooftop yu." Senna mengajak Fania

"Ayo." 

Keduanya berjalan ke rooftop dan duduk di bangku yang memang sedari dulu sudah berada di tempatnya.

Senna menyimpan piring di atas meja, sepuluh menit berlalu dan mereka tidak ada satupun yang menyentuh cookies buatan Fena. 

Senna melihat ke arah Fania. "Fan." 

Lihat selengkapnya