Senna sampai di sekolah lebih pagi daripada biasanya, ia langsung meletakan tas di bangku dan membuka resleting tasnya, ia kembali keluar kelas untuk menyimpan dua jaket milik Bara dan Fajrin.
Setelah menyimpan kedua jaketnya, Senna hendak ke perpustakaan untuk mengembalikan buku kimia yang tempo hari ia pinjam sekaligus ia ingin kembali meminjamnya.
Baru saja ia berjalan beberapa meter, matanya tertuju pada salah satu ruangan kelas di samping kanannya, kelas itu kosong tetapi ada satu orang yang membuat Senna tiba-tiba berhenti melangkahkan kakinya.
Baru saja Senna melihatnya beberapa detik, orang yang ia lihat ternyata menyadari keberadaannya.
"Lo, sini." Bara memanggil Senna yang sedang melihatnya.
Senna langsung menghampiri Bara.
Ternyata Bara sedang menyelesaikan soal matematika yang ia selesaikan di papan tulis, Senna langsung duduk di bangku paling depan.
"Lo ngapain dari tadi ngeliatin gue?" Tanya Bara.
Duh harus jawab apa gue. Kata Senna didalam hati.
Senna memejamkan matanya berharap ia mempunyai alasan untuk menjawab pertanyaan Bara. Setelah beberapa detik Senna memejamkan mata, Senna langsung membuka matanya. "Gue mau tanya satu hal sama Kak Bara."
Bara membalikan badannya ke papan tulis. "Tanya apa?"
"Gue punya barang yang gue kunci pake tiga digit angka. Setau gue permasalahan gitu bisa diselesaikan pake matematika, tapi gue lupa."
Bara langsung menghapus semua penyelesaian yang sudah ia tulis di papan tulis. "Kalo per satu digit itu ada sepuluh angka, kalo tiga digit berarti sepuluh pangkat tiga." Jawabnya sederhana.
Senna mencerna apa yang Bara katakan padanya, karena yang Senna kira Bara akan menuliskan penjelasannya di papan tulis nyatanya ia hanya menghapusnya saja.
"Seribu?" Spontan Senna bertanya.
"Berarti ada seribu kemungkinan untuk lo bisa tau apa angka yang benar untuk membuka kunci yang lo maksud."
Pandangan Senna teralih setelah mendengar ada pesan masuk di ponselnya.