Baru saja Senna sampai di sekolah, ia melihat Fania yang matanya terlihat marah kepada Senna.
"Tumben lo udah sampai."
Fania tidak berkata sepatah kata apa pun.
"Lo kenapa Fan?" Tanya Senna. Ia benar-benar tidak tahu kenapa sahabatnya hanya diam dan tidak menggubris pertanyaan Senna.
Fania tiba-tiba pergi dari hadapannya.
Senna mengerutkan dahinya. Kenapa Fania? Tanya nya dalam hati
Senna terdiam sejenak. Ia mengolah kejadian yang baru saja terjadi dihadapannya.
Senna mulai melangkahkan kakinya. Ia mendekati kerumunan yang berada di mading. Ia ingin melihat pengumuman apa yang terpampang di mading sekolah.
Ternyata hanya ada kertas berisikan nama siswa yang mengikuti seleksi kompetisi.
Senna menunjuk jarinya ke kertas yang berada di mading untuk mencari namanya.
Kok nama gue gak ada sih di pelajaran kimia? Tanya Senna di dalam hatinya. Coba gue cari sekali lagi deh. Lanjutnya
Baru saja Senna mencari namanya, telunjuknya digeser oleh seseorang yang ada di sampingnya.
Senna membuka matanya lebar-lebar "Hah, biologi? Bukannya gue isi kimia?"
Senna melihat ke seseorang yang berada disampingnya.
Kak Saskia. Kata Senna didalam hati
"Kalo lo menang lawan gue jadi perwakilan sekolah di pelajaran biologi, lo bisa milikin Fajrin seutuhnya."
"Hah?" Senna benar-benar tidak mengerti tentang pernyataan yang Saskia baru saja berikan.
Saskia memberikan senyum jahatnya kepada Senna. "Kalo gue menang, lo harus jauhi Fajrin untuk selamanya dan kalo lo menang, gue akan jauhi Fajrin untuk selamanya." Saskia langsung pergi dari hadapan Senna.
Senna semakin tidak mengerti dengan ucapan Saskia. Ia hanya melihat namanya yang berada di pelajaran biologi.
"Na." Pandangannya langsung teralih saat ada seseorang yang menepuk bahu Senna.
"Lo ngelamun?" Bagas yang kini berada disampingnya melihat kebingungan kearah Senna.
Senna tersadar dari lamunannya. "Basa?."
"Lo kenapa?"
"Gu- gue gak apa-apa." Senna terbata-bata dengan perkataan nya.
Kringg
"Basa udah bel tuh, gue duluan ya" Sambung Senna.
Senna langsung pergi dari pandangan Bagas.