Ayah Surya pulang dari kebun membawa makan malam. Selesai makan malam, Surya bertanya pada Ayahnya, “Ayah, saat aku berusia delapan tahun, engkau pernah menceritakan saat-saat dibakarnya kertas-kertas dan buku-buku termasuk Buku Al-Baktih. Adakah kisah yang masih kau ingatnya, Ayah?” Ayah menjawab, “Ada, dan kenapa kau menanyakan hal itu?” Jawab Surya, “Aku jemu dengan rakyat Desa, tak bermoral. Aku ingin mengubah moralnya dengan cara menceritakan kisah-kisah itu pada mereka.” Ayah menyangkal, “Mereka tak kan percaya lagi dengan hal itu. Mereka yang percaya tidak akan lebih dari jumlah jari orang normal.” Surya membalas, “Mereka tak percaya karena melupakannya. Sedang para pemuda tak tahu akan kisah itu, karena kisahnya hilang perlahan. Dan mereka nyaman dengan budaya-budaya penjajah.” Ayah membalas lagi sambil tersenyum, “Dulu, Ayah sudah bilang bahwa, hanya pemuda sepertimu yang dapat memberitakan kisah-kisah ini. Namun, kenapa baru sekarang kau ingin melakukan itu?” Surya menjawab dengan rasa sesalnya, “Karena, aku baru merasakan kepedihan ini, Ayah.” Perbincangan terhenti sejenak. Kemudian Ayah berkata, “Besok setelah sarapan akan ku ceritakan kisah itu.”
Besoknya setelah sarapan, tanpa Surya menagih kisah itu.
Ayah bercerita:
Seorang Raja, bangga terhadap kelima budaknya. Ia hendak memberi hadiah pada mereka. Kemudian ia menyuruh kelima budaknya untuk berkumpul di aula setelah membersihkan kerajaan.
Setelah selesai membersihkan kerajaannya, mereka berkumpul di aula. Raja berkata, “Aku bangga pada kalian. Dan aku ingin memberi kalian hadiah. Namun, yang mendapat hadiah adalah dia yang memenuhi syarat ini. Syaratnya, besok kalian tak boleh makan dan minum, dan kalian tak perlu bekerja. Satu hal lagi, besok kalian jangan lupa untuk kumpul pada tengah hari. Sekarang, istirahatlah kalian.” Para budak pun menganggap hal itu adalah hal yang sepele, karena mereka biasa terjaga tanpa makan dan minum dalam waktu enam jam.
Besok siang mereka berkumpul tetapi telat beberapa menit, karena rasa lapar dan dahaga. Namun Raja tidak mempermasalahkan hal itu. Raja berkata, “Siapa saja dari kalian yang di hari ini memakan dan meminum sesuatu?” Salah satu dari budak itu berkata, “Aku, Yang Mulia. Aku tak mampu menahannya.” Raja berkata pada budak yang telah makan dan minum itu, “Keluar, dan karena kau sudah tak memenuhi syarat, kau boleh makan dan minum.” Keluarlah budak yang sudah makan dan minum itu.