Fahri dan Daud duduk di sebuah café.
Daud menghela nafas. “Berat. Gue ini dari partai kecil, gimana caranya ngehalangin rencana nasional?”
“Gue tahu. Tapi mau gimana? Nih, gue baru aja dapat kabar dari orang rusun.” Fahri membacakan pesan dari ponselnya. “Blok 9 Cikalong muncul di TV. Orang-orangnya perusahaan Rizal maksa kita tanda tangan, mereka digebukin sama anak-anak muda kita.”
“Bahaya! Lu tau kebiasaan Rizal kalo gagal eksekusi lahan?” tanya Daud.
“Besok dia bakal kirim ormas Barisan Macan Rakyat untuk ngegeruduk blok 9,” sahut Fahri.
“Betul! Kalo bisa, mendingan lu ajak warga blok 9 ngalah. Di TV, Rizal gampang dilawan. Di luar TV dia punya segalanya untuk menang. Tapi, gue pasti akan bantu sekuat tenaga,” janji Daud.
*****
Blok 9, Rusun Cikalong, 2040.
Beberapa saat sebelum Daud Haris dan Fahri berjumpa, Seorang berpakaian rapi ala kantoran dan 5 orang berbadan besar mendatangi blok 9. Mereka adalah orang-orang dari PT. Karya Salmara, perusahaan milik Rizal Salman.
"Dari 10 blok tinggal 2 blok lagi yang belum kita dapat persetujuan warganya," ujar Herman pada para tukang pukulnya.
"Blok 13 enggak usah dihitung, Bos. Itu sarang mafia, mana ada ketua RW di sana, hehehe?” sahut Rolando.