Al Kahfi Land, 2040.
Mobil telah memasuki kawasan yang suasananya jauh berbeda dari sebelumnya, Fahri tidak menyangka, rupanya di Jakarta masih ada kawasan hutan pinus yang sangat luas. Saat ini wilayah Depok dan kota-kota satelit Jakarta lainnya telah menjadi bagian dari wilayah Jakarta.
Setelah beberapa kilometer menyusuri hutan pinus, mobil belok memasuki gerbang yang bertulis 'Al Kahfi Land', kemudian berhenti di depan gedung berarsitektur indah. Orang-orang di dalam mobil segera keluar.
"Dulu gedung itu adalah kantor perusahaan properti milik Pak Erlangga Yusuf, kamu tahu siapa dia?" tanya Ali Tanjung sambil berjalan. Fahri dan Dini mengikuti Ali Tanjung.
"Tentu, Pak Ali. Beliau kan sangat terkenal, arsitek yang membangkitkan sebagian wilayah Jakarta yang tergenang. Beliau juga punya julukan arsitek seribu masjid, karena suka membuat masjid-masjid indah di berbagai tempat," jawab Fahri.
"Betul. Gedung itu sekarang dia dijadikan sebagai tempat kegiatan para cendikiawan muslim, tempat itu hanya ramai saat ada agenda pertemuan. Kalau kamu pecinta sejarah, di sana ada banyak benda-benda bersejarah dan buku-buku koleksi Pak Erlangga. Lain waktu kita mampir,” ujar Ali Tanjung.
“Baik, Pak. Tadi di kawasan hutan pinus ini kita melewati sebuah masjid megah. Bangunan-bangunan tinggi yang ada di sekitarnya itu apa, Pak?”tanya Fahri.
“Itu adalah kawasan pendidikan khusus masyarakat miskin, ada sekolah, kampus dan asrama. Mereka juga dibekali dengan ilmu agama, seperti di pesantren. Kebanyakan eksekutif di Mind Group itu berasal dari sana. " kata Ali Tanjung.
Fahri mengangguk sambil memandangi sebuah rumah berbentuk balok yang berada di atas semacam pulau kecil di tepi danau.
"Nah, kita akan ke sana. Itu adalah rumah singgah Pak Erlangga, saat lagi kumpul-kumpul dengan sahabat lamanya,” jawab Ali Tanjung.
Fahri sangat menyukai suasana kawasan yang sangat asri ini, suara-suara serangga, burung dan hewan-hewan lain yang sudah asing bagi telinga orang kota masih terdengar ramai di sini.
"Assalamualaikum, maaf telat. Wah orang-orang Bandung malah sudah sampai duluan," sapa Ali Tanjung sambil memeluk Andi Permana dan Erlangga Yusuf. "MasyaAllah! Ada ibu-ibu juga ternyata. Ya sudah, aku minta supir jemput istriku, ya," ujar Ali Tanjung.
"Iya dong! Oh, ada Dini! Yang ini siapa?” tanya istri Erlangga Yusuf.
Fahri segera mencium tangan para orang tua di rumah ini. “Saya Fahri, petugas keamanan di kantor Bu Dini.”
Erlangga Yusuf memandangi Ali Tanjung. Ali Tanjung menganggukkan kepala.
“Kayak pernah ketemu, ya?” tanya istri Erlangga Yusuf pada suaminya dan Ali Tanjung.
Erlangga Yusuf dan Ali Tanjung tertawa.
"Fahri memang petugas keamanan, tapi sekarang dia sudah jadi asistenku di Mind Group. Anak baik dan pintar, sayang kalau ilmunya tidak dimanfaatkan. Al Kahfi Land pun butuh Fahri, makanya ku ajak ke sini untuk bantu kita nanti," ujar Ali Tanjung.
"Saya kira calon mantu Bang Al," canda Andi Permana, lalu ia melihat Dini. "Gagah! Cocok atuh sama kamu yang cantik. Nunggu naon deui, Neng?" canda Andi Permana membuat Dini tak berkutik.
Tak lama kemudian orang-orang di rumah ini hanyut dalam suasana nostalgia, mereka lupa keberadaan Dini dan Fahri.
Fahri yang tidak mau merusak suasana, telah duduk sendiri di tepi danau, ia betah membaca aplikasi AlQurán di tempat tenang ini. Dini yang mulai bosan akhirnya ke luar menghampiri Fahri.
"Ada yang bisa saya bantu, Bu Dini?" tanya Fahri saat Dini duduk di dekatnya, ia merasa canggung.
"Oh, kamu lagi baca Al Qurán, lanjutin aja," ujar Dini.
"Cuma manfaatin waktu kosong. Ibu butuh sesuatu?" tanya Fahri.
"Cuma cari teman ngobrol aja, tapi enggak jadi deh, takut dosa," ujar Dini.
"Enggak dosa kok, Insya Allah.”
“Fahri, maaf ya, saya kayaknya terlalu suudzon sama kamu. O iya, kenapa sih kamu enggak melamar kerja di bidang IT?" tanya Dini.
"Saya enggak punya ijazah, sertifikasi dan pengalaman di bidang IT, cuma belajar otodidak. HRD mana percaya, kalo nggak punya itu,," sahut Fahri.