Blok 9, Rusun Cikalong, 2040.
Usai Sholat Isya berjamaah, Fahri minta warga blok 9 berkumpul di lapangan samping masjid. Menurut Fahri, kondisi kawasan ini sangat genting.
Beberapa remaja asuhan Fahri telah menyiapkan perlengkapan mini proyektor di lapangan dan mengumpulkan warga untuk mendengar wejangan Fahri.
"Saya tahu, kekerasan bukanlah pilihan kita, saya sudah berupaya menitipkan urusan kita pada teman saya Daud Haris, tetapi ternyata tadi siang bentrokan fisik tidak bisa kita hindari. Sekarang saya langsung ke inti permasalahan. Warga blok 9, saya mohon pikirkan ini sebelum bertindak!" ujar Fahri.
Wajah para warga tampak serius, suasana menjadi sangat hening. Fahri berdiri dibawah cahaya dari lampu tiang di tengah warga yang duduk lesehan, kharismanya Fahri memang selalu membius warga sehingga kalimatnya selalu didengar.
"Jika melawan jadi pilihan, maka kita tidak punya jalan lagi untuk mundur. Besok, ormas Barisan Macan Rakyat akan datang dengan jumlah yang sangat banyak! Tolong dijawab dengan akal sehat, kita menyerah baik-baik atau..."
"Lawan!" teriak warga serempak hingga suaranya terdengar bergemuruh.
Fahri tersenyum, tentu ini bukan jawaban yang ia inginkan. Fahri sadar, ia berada di tengah warga sipil yang hanya bermodal semangat. Walau ia biasa memimpin pertempuran dan sudah membekali para pemuda dengan ilmu bela diri, tetapi mereka tidak punya pengalaman berhadapan dengan lautan massa.