Blok 9, Rusun Cikalong, 2040.
Fahri bersembunyi di atas gedung sambil mengawasi keadaan di bawah sana. Ia melihat pemimpin ormas BMR mulai memasuki halaman gedung blok 9, dia diikuti oleh seluruh anggotanya. Mereka masih menjaga jarak agak jauh, kuatir musuh sudah menunggu di pintu besi utama gedung
“Warga blok 9! Kami tahu, kalian ada di dalam! Segera keluar dan berbaris berlutut di sini atau kalian kami hancurkan! Kami beri waktu 5 menit dari sekarang!” ancam pemimpin ormas BMR melalui toa yang dia pegang.
Fahri mengeluarkan HTnya. “Bismillahirrahmanirrahim. Di bawah sana ada kerumunan pengecut bermulut besar yang akan dihajar petarung-petarung hebat blok 9. Bertarung sesuai arahan saya. Pecah mereka! InsyaAllah kita pasti menang!” ujar Fahri menyemangati pasukannya.
Para anggota pasukan Fahri yang memegang HT menyahut, kecuali Mang Uus yang berdagang di jalanan. Fahri harus menanamkan rasa superior pada hati pasukannya, karena sekitar 53 orang anggotanya ini akan berhadapan dengan sekitar 500 orang ormas. Walaupun semua laki-laki tua dan muda di blok 9 mau bertarung, Fahri tetap menyeleksi pasukannya.
Fahri membagi pasukannya dalam 5 kelompok pasukan kecil.
“Pasukan Batu, sekarang!” perintah Fahri melalui HTnya.
Fahri menunjukkan dirinya. Seluruh anggota ormas BMR melihat ke atas.
Tiba-tiba pintu besi darurat lantai 6 terbuka. Pasukan batu yang membawa karung berisi batu berlarian di tangga besi darurat yang menempel di bagian depan gedung, kemudian mereka melempari anggota ormas BMR.
Suasana langsung chaos. Anggota ormas BMR terpancing emosi, mereka bergerak tanpa koordinasi, sebagian besar berlari menuju tangga darurat besi sambil menghindari batu. Beberapa orang terluka terkena batu, beberapa yang lain memungut batu yang jatuh untuk membalas, lemparan balasan mereka tidak terlalu keras karena gravitasi.
“Pasukan Gebuk 1, pancing mereka masuk! Pasukan batu tinggalin tempat, bantu Pasukan Gebuk 1!” perintah Fahri melalui HT.
Pasukan Gebuk 1 kembali memasuki gedung melalui pintu besi darurat di lantai 6.
Pintu besi utama gedung terbuka, Dul dan 4 pemuda berlari menuju halaman sambil berteriak. Mereka memukuli beberapa orang yang mendekat, setelah banyak musuh terpancing, mereka mundur kembali memasuki gedung tanpa mengunci pintunya.