Blok 9, Rusun Cikalong, 2040.
Pada malam usai pertempuran, para warga blok 9 menikmati suasana kemenangan di halaman. Mereka duduk lesehan mengelilingi api unggun sambil bercerita seru tentang pengalaman tadi siang.
Fahri masih tetap waspada, ia tampak terus memperhatikan sosok perempuan yang mengenakan jaket bertudung dan masker yang ikut berbaur dengan warga, karena yakin perempuan itu bukan warga rusun.
"Bukan cuma orang ormas BMR, wartawan juga Gilang kasih kopi supaya mules, hahaha. Abisnya ga ada yang dari MNews sih, Bang! Kalo media lain kan nyalahin orang kecil melulu," ujar Gilang.
“Kok tahu, enggak ada MNews?“ tanya Fahri.
“Dari seragamnya, Bang,” ujar Gilang.
“Siapa bilang enggak ada?” Dini berdiri, lalu membuka tudung jaket dan maskernya. "Gara-gara minuman kamu, cameraman saya yang lagi nyamar harus pulang karena sakit perut.”
Fahri dan para warga terkejut dengan kehadiran Dini di tengah-tengah mereka. Mereka langsung menyerbunya untuk bersalaman dan berfoto.
Setelah memberi waktu yang cukup, Pak Ruslan meminta warga agar memberi kesempatan Dini bicara dengan Fahri.
“Kenapa Bu Dini langsung yang datang? Untung enggak kenapa-napa,” ujar Fahri.
“Biar bisa melihat langsung aksi Bang Fahri. Abang sendiri enggak kenapa-napa kan, Bang?” canda Dini.
Fahri tertawa. “Iya, iya, Dini aja enggak pake Ibu. Ya, gini deh suasana kami di rusun.”
“Orang-orang yang hangat dan saling menjaga. Enggak seperti di kota yang individualis.”
“Kebetulan aja kamu datangnya blok 9 yang warganya diurus dengan baik oleh Pak Ruslan. Ini satu-satunya blok yang masih bersih, terang, aman dan bersahabat. Blok-blok lain itu sudah jadi pemukiman kumuh dan banyak aksi kriminal. Aparat keamanan udah tutup mata. Kalo wartawan enggak ribut, warga yang saling bunuh buat cari makan, dibiarin gitu aja.”
“Berarti kondisi ini harus kita angkat ke permukaan, supaya aparat keamanan bekerja. Kamu berani menghajar ormas BMR, dengan kata lain, kamu berani mengganggu kepentingan Rizal Salman. Nah, apa kamu juga berani ngomongin ini di talkshow aku?” tanya Dini.
“Hmm, bukan soal berani atau enggak. Aku enggak nyaman tampil di media,” sahut Fahri.