Za, kok udah siap sih? Emang mau ke kampus?” Hilya yang melihatku sudah rapi mungkin heran, karena memang seharusnya ini masih libur.
“Iya Hil.. Aku ada acara di masjid kampus. Ada rapat pengurus rohis” Jawabku sembil memakai sepatu putihku.
“Bawa motor ya Za. Aku gak mau keluar kok” Hilya selalu begitu, meminjamkan motornya untukku. Aku memang sudah di izinkan membawa kendaraan abah dan umik, tapi menurutku masih tidak perlu saat ini. Mungkin nanti saat sudah fokus ke skripsi saja. Lagian kos menuju kampus masih banyak kendaraan umum, apalagi sekarang sudah tersedia ojek online.
“Ya udah aku pamit ya Hil, jangan lupa sarapan. Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam za. Hati hati.”
Setibanya di kampus aku segera menuju masjid kampus, waktu rapat sepertinya sudah lewat. Astaghfirullah… selalu saja aku telat. Sudah menjadi hal biasa memang, bahkan teman teman pengurus sudah hafal akan hal itu.
**
“Assalamualaikum..” Salamku tersenyum lebar menyadari kesalahanku.
“Waalaikumussalam Za, Masyaallah bidadari surga sholihah. Baru pulang dari semarang?” Jawab mbak Azka yang memang dasarnya halus tidak marah sama sekali. Mbak Azka adalah kakak tingkatku di kepengurusan yang memang dekat denganku dari awal.
“Iya mbak. Kemarin sore sampai. Mbak Azka apa kabar?”
“Baik Za, Alhamdulillah. Oh iya Za, tadi Firzi nitip salam, katanya event tahunan ini kamu bagian ngurus acara kolaborasi sama ukm seni”
Aku terkejut mendengar mbak Azka, kenapa bagian itu yang kudapat? Bukan bermaksud tidak ingin di amanahi tugas, hanya saja mengurus dengan anak seni itu berat bagiku. Aku harus berurusan dengan banyak laki-laki nantinya. Tapi ya sudahlah aku akan coba.
“Za? Kamu kenapa?” Tanya mbak Azka melihatku diam tanpa jawaban.
“ Oh enggak mbak. Iya nanti aku konfirmasi sama kak Firzi.”
Kak Firzi merupakan ketua ukm, dia kating semester akhir yang sedang bertahap merampungkan skripsi. Dari tahun kemarin bagian tugasku kebetulan satu divisi dengan dia.
**