Usai sholat maghrib dan murojaah aku membuka laptop, membuka file yang beberapa hari ini sedang ku garap setengah hati.
Bagaimana bisa aku sepenuh hati menggarap lanjutan ceritaku, sedang hatiku masih terus berputar bayang bayang seseorang yang beberapa hari lalu kutemui. Aku tahu ini tidak boleh, ini salah. Bagaimana mungkin aku memikirkan seorang laki laki. Ah Hifza kamu harus melupakannya.
Nizam Al Kamayel nama yang unik, ya Allah bolehkah aku kagum dengan namanya? Hanya namanya, bukan yang memiliki nama.
"Bang Nizam itu memang kelihatan brandal,za. Banyak orang berkata seperti itu. Karena apa? Mereka hanya melihat apa yang dapat mereka lihat. Memang benar bang Nizam memiliki wajah sangar, banyak di takuti. Penampilan yang tidak bisa di katakan rapi, celana sobek-sobek. Kaos pendek hitam lusuh, di padu kemeja. Padahal bang Nizam memiliki kehidupan yang bisa membuat setiap orang kagum jika mendengar.."
Perkataan kak Firzi terus menghantui pikiranku, memang seperti apa kehidupannya?
Ah ini bukan hakmu untuk mengetahui, za. Itu bukan hal yang seharusnya kamu pikirkan. Jadi berhentilah memikirkan yang tidak seharusnya kamu pikirkan.
**
Nizam memarkirkan mobilnya di area parkir kampus. Matanya menelusuri penjuru kampus dan pandangannya tertuju kepada gadis bergamis pink dusty yang berjalan anggun sambil fokus pada layar ponselnya. Ceroboh sekali, pikir Nizam. Bagaimana jika ia menabrak orang, atau tersandung. Setelah gadis itu menghilang dari pandangan Nizam, tanpa sadar bibirnya tertarik sempurna. Ah iya pria itu tersenyum, senyum yang memang jarang sekali dilihat orang lain.