“Segala keajaiban dunia—yang kita sebut secara mulia: mukjizat—datang dari Allah (dengan nama apa pun dahulu). Kemudian manusia secara kreatif mengembangkan dalam banyak kisah dengan kandungan mitos, fantasi, pun superhero. Itulah bagian dari inspirasi sains yang menjelma kenyataan pada setiap zaman. Tasaro dengan keindahan tersendiri mengungkap riwayat yang jauh tertimbun sejarah: ihwal sang Juru Selamat. Melalui kebenaran yang ditafsir dari dua Kitab secermat mungkin, tanpa mengurangi keelokan bertutur, hadir di tengah kita hikayat Al-Masih putra Maryam. Amanah sejati akan hilang perlahan oleh syahwat dan kepentingan kekuasaan dari generasi ke generasi. Untuk itulah berulang-ulang kita perlu melihat sumbu murni pengetahuan tentang leluhur kita, terutama yang dihikmahi wahyu samawi. Seolah hendak mengatakan: dahulu langit begitu dekat, kini kebenaran apa yang bisa dipercaya dari isyarat digital? Cerita berbingkai dan berlapis-lapis yang dikemas bagus berhasil membuat novel ini sangat bernilai.”
—Kurnia Effendi, penulis novel Pangeran dari Timur (bersama Iksaka Banu), redaksi majalah Majas
***
“Berpusat pada dua tokoh sentral. Novel ini mengobarkan cinta transformasional Mesias Abad Pertama. Matteo del Gesu dan Saathi, di tengah perbudakan Batavia Abad ke-17, terus menyalakan keyakinan dan harapan Al-Masih bagi kaum yang tidak dianggap manusia lagi. Sejarah kemanusiaan dan keilahian senantiasa relevan hingga abad milenial, sekarang.”