India pada akhir abad ke-13 berada dalam suasana politik yang getir. Dinasti Mamluk (Slave) Delhi (1206–1290), yang didirikan oleh Qutb ud-Din Aibak, sempat memperluas kekuasaan hingga meliputi sebagian besar Lembah Gangga dan menghindarkan diri dari serangan Mongol pada masa pemerintahan Sultan-sultan kuat seperti Iltutmish dan Ghiyasuddin Balban. Balban bahkan berhasil meredam invasi dari Kekhanan Chagatai (Mongol) dan memberangus pemberontakan bangsawan Namun setelah kematiannya tanpa pewaris kuat, pemerintahan Mamluk menjadi rapuh dan terpecah-belah. Pada titik ini muncul tokoh Jalaluddin Firuz Khalji, yang merupakan mantan jenderal Mamluk dan berasal dari suku Turko-Afgan, mengakhiri kekuasaan terakhir Mamluk dengan menggulingkan cucu Balban (Muiz ud-din Qaiqabad) serta mendirikan Dinasti Khalji pada 1290. Khalji menandai dimulainya era baru Delhi Sultanat.
Jalaluddin Khalji, pendiri Dinasti Khalji, dikenal sebagai penguasa yang toleran dan lemah lembut. Ia mempertahankan stabilitas politik dengan memanfaatkan ikatan kekeluargaan. Misalnya, ia menikahkan anak perempuannya dengan keponakannya sendiri, Ali Gurshasp (Alauddin), dan mengangkat Alauddin sebagai Amir-i-Tuzuk (Master upacara) setelah naik tahta Hubungan kekeluargaan ini turut meneguhkan posisi Alauddin sebagai figur penting awal. Jalaluddin memerintah dari 1290 hingga 1296, tetapi kemelemahan kepemimpinannya – termasuk pengabaian nasihat para patih untuk menghadapi keponakannya – membuka peluang bagi intrik istana.
“Pada masa inilah, Ali Gurshasp tumbuh sebagai keponakan dan menantu Sultan Jalaluddin” Ia lahir sekitar tahun 1266 sebagai anak sulung Shihabuddin Mas’ud, saudara Jalaluddin Khalji. Semasa kecil Alauddin dibesarkan oleh Sultan Jalaluddin, dan sejak usia muda diberi posisi penting di istana. Menurut sumber sezaman, Jalaluddin menjodohkan Alauddin dengan putrinya, Malika-i-Jahan, sehingga Alauddin juga berstatus menantu Sultan.
Pendakian Alauddin menuntun pada tiga tema utama yang menjadi fokus novel ini. Pertama, konflik melawan invasi Mongol. Setelah menjadi Sultan (1296–1316), Alauddin berhasil memukul mundur beberapa serangan besar pasukan Mongol Chagatai ke Punjab dan perbatasan Delhi. Kronik menyebutkan pasukan Alauddin sukses menghadang invasi Mongol di beberapa medan perang (misalnya Jaran-Manjur 1297–1298, Kili 1299, Delhi 1303, dan Ravi 1306) serta melakukan serangan balasan ke wilayah Mongol di Afghanistan. Keberhasilan ini membuatnya dikenal sebagai “penjegal Mongol” yang melindungi peradaban India dari kehancuran total.