Sekitar tahun 1266 M, di tengah gejolak sosial-politik pasca-Balban dan kemelut internal Dinasti Mamluk Delhi, lahirlah seorang anak laki-laki dari keluarga bangsawan Khalji yang bernama Ali Gurshasp. Ia adalah putra dari Shihabuddin Mas‘ud, saudara kandung Jalaluddin Firuz Khalji, yang kelak menjadi pendiri Dinasti Khalji. Sejak kelahirannya, darah kekuasaan dan loyalitas militer telah mengalir dalam nadi Ali Gurshasp. Namun, jalan yang ia tempuh bukanlah jalan seorang pewaris takhta yang sah, melainkan jalan penuh intrik, strategi, dan penaklukan.
A. Keturunan Turko-Afghan dan Latar Belakang Etnik Khalji
Keluarga Khalji berasal dari suku etnik Turki yang menetap lama di daerah Khalj, bagian timur Afghanistan modern, hingga mereka mengadopsi banyak unsur budaya dan bahasa Persia serta Pashtun. Karena itu, para Khalji dianggap oleh kaum Turki murni sebagai bukan Turki sejati, yang menyebabkan mereka dipinggirkan di kalangan elit istana Mamluk Delhi yang saat itu sangat mementingkan kesucian garis keturunan Turki.
Namun, justru karena identitas semi-luar ini, para Khalji mengembangkan tradisi militer yang lebih keras dan kesetiaan politik yang lebih fleksibel. Shihabuddin Mas‘ud adalah seorang panglima tentara yang setia, dan keluarganya berada di bawah patronase kakaknya, Jalaluddin Firuz, yang saat itu sudah menunjukkan ambisi politik yang besar. Ali Gurshasp tumbuh dalam lingkungan militer dan politik yang kental—dilatih dalam ilmu pedang, diplomasi, dan urusan istana sejak remaja.