ALBERT EFFENDI

Nada Lingga Afrili
Chapter #2

2. Laki-Laki Tak Boleh Menangis

"Kata ayahku, laki-laki tak boleh menangis." Ucap Albert pada kawan-kawannya. "Katanya, laki-laki harus kuat menghadapi apapun."

Sore ini Albert dan kawan-kawannya sedang berburu tutut di sawah dekat sungai yang terkenal bersih di daerah itu. Mereka sedang membicarakan hal yang seharusnya dibicarakan oleh orang dewasa.

"Ayahmu bilang begitu karena dia seorang tentara," balas Udin seraya mengumpulkan hasil tangkapannya.

"Ayahku seorang petani, tapi dia juga bilang hal yang sama padaku," sahut Dodo.

"Apa semua ayah berkata begitu?" Tanya Albert.

Udin menoleh. "Tidak juga. Ayahku tidak berkata begitu, tapi ayahku pernah bilang bahwa aku tidak boleh terlihat lemah di hadapan orang lain apalagi perempuan."

Albert mengambil tiga ekor tutut yang digenggamnya lalu melemparnya ke tubuh Udin.

"Itu sama saja!"

Semuanya tertawa.

Mereka kembali mencari tutut sebanyak-banyaknya. Tangan dipenuhi lumpur sawah tak menjadi masalah jika tutut yang bisa didapatkan hari ini lumayan banyak. Tiba-tiba Albert berkata kembali saat semua mengira pembicaraan mereka tadi sudah berakhir.

"Tapi aku masih kepikiran."

Dodo menoleh setelah menghela napas, "Apa lagi?"

"Kenapa kita tidak boleh menangis?"

Kedua temannya seketika ikut berpikir. Aktivitas mencari tutut pun terhenti tanpa disengaja. Albert memandang kedua temannya secara bergantian dengan pandangan menunggu jawaban.

"Hmm karena kita laki-laki... mungkin?" Sahut Dodo.

"Nah, itu! Hanya karena kita laki-laki, apakah kita harus tidak boleh menangis?" Mulut Albert mengucapkannya dengan sangat lancar dan suara yang mengandung argumentasi.

"Laki-laki itu harus gagah, kawan! Maka itu kita tidak diperbolehkan menangis," sahut Udin dengan gaya sok tahunya.

Albert semakin penasaran apa jawaban dari semua pertanyaannya tadi, sehingga ia semakin bertanya-tanya kenapa pertanyaannya sedari tadi hanya dijawab dengan jawaban sekitar "karena kita laki-laki".

"Ah kau dari tadi bilang 'laki-laki harus begini, laki-laki harus begitu'. Aku butuh jawaban yang pasti. Jawaban yang bisa kuterima di dalam otakku, bukan hanya dalam jiwa lelaki."

"Kita sudah seperti orang-orang dewasa saja," kata Dodo seraya terkekeh. "Membicarakan hal sepele dan hal itu makin lama makin merembet ke mana-mana. Orang dewasa selalu membicarakan hal sepele yang jawabannya sudah pasti tapi karena mereka tidak mendapatkan jawaban yang mereka inginkan, mereka malah kesal dan malah menyalahkan orang yang telah menjawab pertanyaan mereka. Bukahkah begitu?"

"Jadi kau bilang aku tidak terima dengan jawaban 'karena kita laki-laki'?" Tanya Albert kesal.

"Memangnya kau orang dewasa?"

Albert memutar bola matanya malas.

Lihat selengkapnya