"Sekolah akan berakhir 30 menit lagi. Setelah ini kau akan ke mana, Bert?"
Pertanyaan teman sebangkunya itu tak Albert hiraukan karena ia sedang asyik melamun. Yang dihiraukan lama-lama kesal.
"Albert? Albert? Albert!"
"Eh? Kenapa? Ada apa?" Kata Albert dengan wajah linglungnya.
Setelah menghela napas, temannya berkata lagi, "Kau melamun, ya, dari tadi? Melamunkan apa, sih?"
Albert hanya menampilkan cengirannya.
"Maaf maaf. Aku tidak fokus tadi. Tidak, aku tidak melamunkan apa-apa."
"Ah, bohong. Sedari tadi kuperhatikan kau hanya memandang pintu kelas yang sedikit terbuka itu dengan pandangan kosong. Kau sedang memikirkan apa, sih?"
Merasa terpergok Albert langsung memalingkan wajahnya karena saat ini ia merasa bahwa pipinya memanas.
"Hei hei hei! Ada apa ini? Kenapa kau menghindar dariku? Ada apa ini?" Kata temannya. Seperempat detik kemudian temannya menunjukkan wajah curiga yang membuat Albert tertawa. "Ooohhh, kau sedang memikirkan perempuan, ya?!"
"Apa, sih? Kau sekarang mengubah profesimu sebagai cenayang? Sudahlah hentikan."
Teman sebangkunya melipat kedua tangannya di depan perutnya lalu memandang Albert dengan tatapan selidik. Kemudian beberapa saat kemudian terlukis senyuman menggoda di wajah temannya itu.
"Hei, jawab aku dengan jujur. Kau sedang jatuh cinta, ya?"
Albert yang sedang meminum air mineral dari botol minumnya langsung tersedak. Ia jadi batuk-batuk setelah tersedak tadi. Temannya yang melihat Albert seperti itu langsung tertawa terpingkal-pingkal.
"Wah wah! Sepertinya tebakanku benar, ya? Sekarang beritahu aku, siapa perempuan yang sudah berhasil memikat hati batumu itu?"
Teman sebangkunya memberi julukan Albert sebagai lelaki berhati batu karena selama berteman 2 semester dengan Albert, Albert tak pernah menunjukkan ketertarikan pada perempuan manapun. Namun hari ini ia melihat perbedaan dalam diri Albert yang membuatnya penasaran. Setelah dipikir-pikir, Albert memang lebih sering tersenyum akhir-akhir ini.