Kamis ini cuaca sedang cerah sekali. Bapak hari ini tidak bertugas pagi-pagi sekali seperti biasa, ia dijadwalkan berjaga di siang hari. Ibu sedang menyiapkan sarapan di dapur. Heru sedang bermain dengan Kinan di kamar. Firman sedang mandi. Dan Albert sedang menulis sesuatu di salah satu buku tulis sekolahnya, tepatnya di halaman paling belakang.
Di kamarnya yang kecil itu Albert dalam keadaan bersih, sudah mandi. Wangi karena ia memakai parfum. Rambut rapi karena ia menyisirnya lebih niat dari biasanya. Bahkan seragam sekolahnya yang saat ini ia pakai terlihat lebih gagah dari biasanya. Dengan senyum manisnya yang tidak biasa itu Albert menulis sesuatu di atas kertas kosong yang warnanya agak kekuningan.
Entah sejak kapan aku merasa seperti ini. Biasanya aku hanyalah seorang lelaki yang senang bermain bola, senang memerhatikan guru di kelas, senang bercengkrama dengan kawan-kawanku yang lain. Biasanya aku hanya suka berlama-lama di dalam kelas. Namun semua berubah ketika kau datang pada saat itu.
Tidak, kau masih sama seperti dulu. Berisik. Suka sekali mengangguku. Senang menjailiku ketika aku sedang serius. Masih suka makan gulali kapas dan memamerkannya padaku. Bahkan setelah dipikir tak ada yang berubah sedikitpun darimu.
Kau masih sama, namun sepertinya aku yang telah berubah.
Saat semenjak kau berlari di lorong pagi itu, dengan wajah ceriamu itu, rambutmu yang terurai lalu bergoyang ke sana ke mari, aku mulai merasa bahwa ada yang berubah. Senyummu masih sama, namun rasanya terlihat lebih manis. Tawamu saat memanggilku sambil berlari melewati lorong yang panjang itu juga masih sama, namun lebih menggelitik saat aku memperhatikannya. Tapi aku melihat itu semua sebagai sesuatu yang baru.
Aku hanya ingin memberitahumu bahwa... aku merasakan sesuatu yang berbeda sejak saat itu. Saat kau memanggil namaku dengan sangat lantang. Saat itu juga isi kepalaku hanya dapat merasakan getaran suaramu yang memanggilku.
Aku hanya ingin kau tau bahwa aku merasakan hal yang berbeda setiap aku bersamamu. Setiap kita makan bersama di kantin. Berjalan beriringan di lorong sekolah. Sampai saat bel pulang sekolah berbunyi, aku selalu merasa kecewa karena waktu di sekolah telah habis yang artinya aku tak dapat melihatmu lagi sampai esok harinya.
Tanti, sebenarnya apa yang sedang kurasakan saat ini?
∆∆∆
Tahu hal yang paling mudah membuat remaja bahagia apa? Surat cinta.
Tanti menerima surat tersebut pada pagi hari, saat ia berpapasan dengan Albert di depan kelas Albert. Albert langsung memberikan surat itu pada Tanti lalu berjalan cepat memasuki kelasnya dengan gugup.
Tanti agak bingung apa yang menimpa Albert pagi ini, namun ia tetap berjalan pelan menuju kelasnya sambil membuka isi surat tersebut. Kaki itu melangkah hampir sampai pada kelasnya, namun tiba-tiba langkahnya memelan. Langkahnya tak lagi secepat beberapa detik yang lalu. Tanti sekarang teramat fokus pada isi surat tersebut. Semakin lama dibaca senyuman semakin mengembang di bibirnya. Kerutan di wajahnya semakin terlihat kala Tanti tersenyum lebar hingga deretan gigi putihnya tampak.
Kalimat terakhir Tanti bacakan dengan penuh rasa senang. Bukankah tak ada hal lain yang dapat membuat anak remaja bahagia selain surat cinta?