ALBERT EFFENDI

Nada Lingga Afrili
Chapter #13

13. Stasiun

Suatu hari Albert berangkat kerja terlalu pagi. Biasanya ia berangkat dari rumah pukul 6 dan sekarang ia sudah hampir sampai pada stasiun pukul setengah 6. Hari ini Albert berangkat ke kantor menggunakan kereta. Tadi pagi mobilnya entah kenapa mesinnya tidak bisa dinyalakan. Albert menelepon orang bengkel untuk memeriksa apa yang salah pada mobil yang biasa ia pakai untuk berangkat kerja itu. Karena merasa takkan bisa menggunakan mobilnya, Albert memutuskan untuk berangkat menggunakan kereta.

Dari rumah menuju stasiun terdekat Albert naik angkot. Kemudian setelah sampai di stasiun barulah ia naik kereta. Albert memang orang yang memiliki banyak uang, gaji tetap yang membuat hidupnya tenang. Namun ia takkan menganggap bahwa naik angkutan umum itu adalah hal yang hanya bisa dilakukan orang-orang miskin. Sebab dulu ia pernah merasakan rasanya hidup susah saat di kampung. Memang apa salahnya menjadi orang miskin? Toh semua orang tak ada yang mau menjadi miskin, itu semua sudah diatur oleh Tuhan. Miskin itu kata sifat. Jika kita mensyukuri keadaan apapun, kita takkan pernah merasa bahwa diri kita itu miskin. Begitu menurut Albert.

"Perhatikan jalur 2, jalur 2 dari arah timur akan segera masuk commuter line tujuan akhir Stasiun Jakarta Kota sebagai KA-1259.

"Rangkaian terdiri dari 12 kereta. Kereta pertama dan terakhir dikhususkan untuk penumpang wanita. Pastikan anda, penumpang pria, tidak salah naik. Penumpang yang akan naik, pastikan anda menunggu di belakang batas aman peron demi keselamatan diri anda.

"Periksa dan teliti kembali tiket serta barang bawaan anda, pastikan tidak tertinggal di area stasiun.

"Hati-hati jalur 2, kereta commuter line tujuan akhir Stasiun Manggarai."

Beginilah kehidupan yang sebenarnya. Seluruh aktivitas dimulai sejak pagi-pagi sekali. Dikiranya saat sampai stasiun takkan ada namanya lautan manusia, namun ternyata ia salah. Ternyata di stasiun sudah banyak orang yang menunggu kereta selanjutnya datang.

Albert tak dapat tempat duduk. Tak apa pikirnya, setelah dilihat-lihat para wanita lebih membutuhkan tempat duduk di peron itu karena sepatu hak mereka yang membuat kaki mereka pegal.

Albert menoleh ke kanan. Pandangannya melebar ke mana-mana. Matanya menangkap berbagai macam pemandangan biasa yang menurutnya unik jika dilihat lebih dalam.

Lihat selengkapnya