ALBERT EFFENDI

Nada Lingga Afrili
Chapter #17

17. Puspa Dewi di Malam Hari

"Ma, di dalam sini ada adik bayi, ya?" Tanya Ryan yang kini berumur 4 tahun sambil menunjuk perut mamanya, Tanti.

Tanti tersenyum memandang Ryan seraya mengusap lembut kepala anaknya itu.

“Iya, sayang. Ada adik bayinya.”

Kemudian Ryan duduk tepat di hadapan perut Tanti sambil mendekatkan wajahnya pada perut yang membesar dan besarnya seperti bola basket.

“Tok tok tok!” Ryan mengetuk-ngetuk pelan perut mamanya. “Adik bayi sedang apa? Di dalam sana bosan tidak? Kalau bosan bilang.”

Tanti melirik Ryan, alisnya terangkat sebelah. “Eh? Memang kalau adik bayinya bosan Ryan mau melakukan apa?”

“Ryan mau ajak adik bayi main! Mau ajak bicara, mau ajak bercanda, pokoknya mau ajak yang seru-seru supaya adik bayinya tidak bosan lagi,” ujar Ryan dengan nada bicaranya yang lucu.

Tanti tertawa bahagia melihat Ryan sangat antusias dengan kehadiran adik yang masih dalam kandungan itu.

Malam itu Ryan tidur cepat lantaran sudah lelah seharian bermain. Tanti menyanyikan lagu pengantar tidur untuknya, tak lain tak bukan adalah lagu “Nina Bobo”. Alhasil Ryan tertidur lelap sampai saat wajahnya disentuh Tanti, Ryan tak bereaksi sama sekali kecuali tertidur tenang. Ibu mana yang tak bahagia melihat anak kecilnya tidur lelap seperti itu? Tanti pun sama seperti kebanyakan ibu di dunia, akan senang jika anaknya tertidur lelap dengan wajah polos mereka.

Setelah membuat anaknya tidur, Tanti pergi ke kamarnya untuk menyusul tidur. Meski belum mengantuk ia harus tetap segera pergi ke kamarnya karena suami tercintanya sudah menunggu di kamar.

Saat Tanti membuka pintu kamarnya, ia menemukan Albert tengah berdiri menatapnya dengan senyum manisnya seperti biasa. Tanti sempat bingung mengapa Albert bertingkat seperti ini, namun saat melirik kalender yang tergantung tidak jauh dari tempatnya berdiri sekarang ia tahu bahwa hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan mereka.

Tanti menutup pintu kamar itu dan berjalan mendayu menghampiri Albert dengan senyum yang terus mengembang. Langkahnya terhenti saat dirinya sudah ada di hadapan suaminya itu. Kepalanya harus menengadah agar dapat melihat wajah Albert dengan baik, tubuhnya terlalu pendek untuk ukuran Albert yang tinggi.

“Apakah kau menyiapkan sesuatu?” Tanya Tanti menyelidik. Senyumannya tak mau berhenti.

Albert terkekeh.

“Sepertinya kau sangat memahami diriku, ya?”

“Siapa yang tak memahami orang yang sudah tinggal bersamamu selama bertahun-tahun?” Kata Tanti diiringi tawa kecilnya. “Kali ini apa?”

“Hmm... sesuatu yang bagus.”

“Semua hal yang ada di rumah ini bagus karena kau yang membelinya, jika aku yang membelinya sudah pasti kau anggap jelek semua.”

Albert tertawa kencang. Bagaimana Tanti bisa mengetahui jalan pikirannya selama ini? Bagaimana istrinya tahu jika Albert selalu ingin menjadi orang yang membeli barang-barang untuk dipajang di rumah karena seleranya memang tinggi? Sepertinya Albert selama ini telah membuat istri cantiknya itu kesal lantaran tak pernah membiarkan istrinya mendekorasi rumah itu.

“Hei kau menyadarinya?” Tanya Albert masih dengan tawanya.

Lihat selengkapnya