ALBERT EFFENDI

Nada Lingga Afrili
Chapter #21

21. Pohon Besar Tanpa Dedaunan

Pada bulan Juli anak ketiga Albert dan Tanti lahir. Kini anak itu baru berusia 5 bulan. Tanti sudah tak kesepian lagi jika ditinggal Albert bekerja karena di rumah sudah ada tiga jagoan kecil yang akan menemaninya. Mengurus rumah memang melelahkan, namun Tanti merasa senang karena di sekelilingnya ada anak-anak lelaki yang membuat rumah tidak terasa jenuh lagi.

Ryan kini mempunyai dua adik laki-laki. Adik pertama bernama Wibi dan adik kedua bernama Fais. Ryan kadang tidak akur dengan Wibi, namun ia sangat dekat dengan Fais. Wibi sering menjaili adiknya yang masih berwarna merah muda itu, namun dibalik kejailannya terselip rasa sayang di sana.

Pagi ini seperti biasa, sebelum berangkat kerja Albert membaca berita di TV sambil meminum teh hangatnya. Berita-berita di TV ia tonton sambil menikmati teh dan dua lembar roti isi selai kacang itu. Salah satu berita yang sedang ia tonton pagi ini menarik perhatiannya. Bahkan Tanti yang sedang menyapu lantai langsung menghentikan aktivitasnya dan mendengarkan berita tersebut dengan saksama.

Seorang bocah kelas dua SD ditemukan tewas di ladang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Kasus pembunuhan itu terungkap di Balikpapan, ternyata pelakunya tidak lain tetangga dan teman korban yang sudah duduk di kelas enam SD. Dari keterangan tersangka terungkap bahwa kasus itu hanya karena masalah sepele, yakni hanya gara-gara saling memperolokan. (Saling Olok, Anak SD Bunuh Temannya di Balikpapan. Antara News. 2006.) Tanti seketika menoleh ke arah Ryan yang sudah menduduki kelas 6 SD. Sorot matanya menunjukkan bahwa ia khawatir dengan apa saja yang terjadi di sekolah tanpa sepengetahuannya.

“Anak zaman sekarang ada-ada saja,” ucap Albert. “Kalau sudah begini yang disalahkan siapa? Pasti orang tuanya.”

“Akan kutanya apa saja kegiatan Ryan dan Wibi setiap hari di sekolah. Mulai sekarang aku harus lebih waspada,” ucap Tanti.

Kejadian seperti itu memang kerap terjadi di tahun ini. Entah masalah pembunuhan ataupun pemerkosaan, itu terjadi di bangku SD, dan pelakunya pun duduk di bangku SD. Apa mereka tidak dibimbing orang tuanya dengan baik? Atau memang lingkungan mereka semakin lama semakin tidak baik untuk mereka sendiri? Albert hanya tak habis pikir dengan anak-anak sekecil itu yang dapat melakukan hal-hal di luar batas.

∆∆∆

“Pak, Gawat! Mereka kali ini datang bersamaan. Apa yang harus kita lakukan, Pak?”

Lihat selengkapnya