ALBERT EFFENDI

Nada Lingga Afrili
Chapter #25

25. Keadilan Sesungguhnya

2020

Sebuah paket datang ke rumah. Paket tersebut dibuka oleh Tanti dan senyum lebar seketika terukir di bibirnya. Tanti langsung memanggil Albert dengan gerakan cepat. Setelah Albert melihat isi dari paket tersebut, ia sangat gembira dibuatnya. Bukan barang bagus yang datang melainkan sebuah surat resmi yang dikirim dari perusahaan penerbitan. Surat tersebut adalah surat undangan pertemuannya dengan seseorang yang memiliki jabatan tertinggi di perusahaan tersebut. Di dalam surat tertulis bahwa beliau ingin bertemu dengan juragan minyak yang berhasil membius warga Indonesia dengan puisi-puisinya.

Albert pernah mengatakan pada bapaknya bahwa ia ingin menjadi penulis. Dari dulu Albert memang masih suka membuat puisi. Ia menuliskannya di selembar kertas yang tidak terpakai, setelah puisi itu jadi ia menyimpannya di laci meja ruangan kerjanya. Awalnya hanya iseng-iseng saja, saat melihat sudah berapa banyak yang ia tulis ternyata kertas-kertas tersebut sudah menumpuk dan membuat laci tersebut susah untuk ditutup. Lalu ia disarankan Tanti untuk mengirim puisi-puisi tersebut ke salah satu penerbit besar yang ada di Indonesia.

"Kau yakin? Aku tidak percaya diri untuk ini. Itu penerbit yang sangat besar, Tanti, mungkin puisi-puisiku hanyalah remahan kayu lapuk bagi mereka."

"Coba dulu. Kalau belum dicoba kau takkan tau hasilnya seperti apa."

Dan benar saja, setelah mengirim puisi tersebut ke penerbit itu, dua bulan kemudian Albert mendapat pesan elektronik yang menyatakan bahwa naskah kumpulan puisinya diterima oleh penerbit tersebut. Itu adalah hal yang paling mengejutkan baginya.

Kini umur Albert sudah mencapai 50 tahun. Tidak terasa akan secepat itu. Dahulu ia yang digendong ibu dan bapaknya, sekarang ia yang menggendong cucunya.

Ryan sudah beristri dan mempunyai anak. Anaknya masih kecil, warna kulitnya pun masih kemerahan. Itu adalah suatu hal yang menyenangkan bagi Albert dan Tanti. Sudah sangat lama mereka ingin mempunyai cucu karena mereka rindu menimang-nimang cucu. Dan kini Ryan mengabulkan keinginan kedua orang tuanya.

Keriput dan kerutan-kerutan di wajah sudah tampak jelas. Albert tidak peduli dengan penampilannya yang sudah tak lagi berenergi karena energinya akan selalu ada di dalam jiwanya. Albert kini lebih sering bersepeda di pagi hari. Ia bersepeda dengan satu perkumpulan yang memang sering bersepeda di Minggu pagi. Jangan salah, walau umurnya sudah 50 tahun tetapi tubuhnya masih bugar.

Melihat dirinya di pantulan cermin mengingatkannya pada kedua orang tuanya. Sudah banyak sekali rambut putih yang menghiasi wajah itu. Dirinya sekarang sudah setua orang tuanya pada saat itu.

Ibu Albert sudah meninggal beberapa tahun yang lalu karena penyakit. Namun kini Albert sudah dapat mengikhlaskan kepergian ibunya. Yang ia pikirkan adalah kebahagiaan bapaknya yang akhirnya dapat bertemu lagi dengan ibunya di sana.

Dan hari ini Albert diharuskan datang ke kantor penerbit yang menerbitkan bukunya. Ia diminta untuk menandatangani buku-buku yang akan rilis pada awal bulan nanti.

∆∆∆

Setelah menandatangani ratusan buku, Albert pergi ke kafetaria di lantai paling bawah gedung tersebut. Ia haus dan harus mendapatkan setidaknya air mineral.

Lihat selengkapnya