Albert McCullen and the Birdy Nation Adventure

Annisa Dwuta
Chapter #3

Chapter #2

  Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan akhirnya kami sampai juga di desa Boonville. Desa yang jauh dari hiruk pikuk kehidupan di kota,desa yang sangat sejuk,dan sangat damai. Penduduk desa yang saling sapa tersenyum ramah kearah kami yang sedang melintas melewati setiap rumah-rumah mereka. Hutan yang begitu lebatnya tidak memberikan kesan menyeramkan pada desa itu.Namun sepertinya ada misteri di dalamnya.

Ayah menghentikan mobil tepat di sebuah rumah berlantai dua. Rumah tanpa pagar yang mengelilinginya, sederhana khas pedesaaan .Aku bergegas turun dan mengamati sekitaran rumah yang akan aku tempati 2 minggu kedepan.Halaman rumah yang luas di tumbuhi rumput yang sangat hijau ,dengan bunga-bunga yang mekar dengan cantiknya. Kebun Apel yang berada tak jauh di belakang rumahku,dan terlihat ada beberapa orang yang sedang sibuk bekerja.

Sekitar 100 meter dari rumah ayah terdapat rumah pohon yang berdiri di pinggiran lembah dengan tebing yang curam. Aku bergegas berlari menghampiri rumah pohon itu.

“wow ini menakjubkan,rumah pohon ini akan menjadi tempat favoritku” gumamku .

Berpegangan dengan tangga yang terbuat dari tali dan potongan kayu perlahan aku memanjat dan menaiki rumah pohon itu.Suara berderak dari lantai kayu kala aku menginjaknya .Kotor serta berdebu ,banyak sekali dedaunan kering di dalamnya. Rumah pohon ini cukup besar tapi sepertinya tidak ada yang memperhatikan ataupun merawatnya. Namun, aku bersyukur rumah pohon ini tetap kokoh dan tidak rusak.

“Albeeeeerrrrttt,” Teriak Joy membuyarkan lamunanku yang masih terkesan dengan rumah pohon yang kokoh itu.

Joy berlari menghampiriku dengan tatapan marahnya, oh tidak sepertinya aku akan dapat masalah.Aku mendekatkan tubuhku ke jendela dan menunduk melihat ke bawah. Dengan nafas yang masih tersengal-sengal Joy memarahiku.

“Masih mau berdiri di sini Al? Kau membiarkanku menurunkan semua barang-barang sendirian,sekarang turun dan bantu aku atau ku pukul kau.” Mengepalkan tangannya dan mengarahkannya padaku

“Oke baiklah Joy ,mari kita angkut semua barang-barang kita ke rumah.” Bergegas turun dan menghampiri Joy kemudian berlari meninggalkan rumah pohon yang kokoh itu dan segera menuju ke mobil.

Setelah mengangkut semua barang-barang ke dalam rumah, aku dan Joy bergegas ke turun untuk makan malam. Ibu sedang sibuk menyiapkan makan malam,Joy dengan sigap segera membantu ibu, namun aku tidak melihat ayah disana.

“Bu Ayah mana?”

“Ayah sedang membenarkan lampu teras, bisa kau panggilkan Ayahmu Al makan malam sudah siap.”

“Baik Ibu,” sambil berlalu meninggalkan Ibu dan Joy dan segera menghampiri Ayah.

“Ayah makan malam sudah siap,” Namun aku tidak melihat Ayah di teras rumah tapi lampu sudah menyala ,itu artinya Ayah sudah memperbaikinya tapi kemana Ayah sebenarnya?.Aku mencoba memanggilnya lagi dengan sedikit berteriak.

“Ayaaahhh...

“Ayah di mana sih ?” gumamku. Aku mencoba berteriak lagi dengan menaikkan suara teriakanku.

“Apa Ayah bisa mendengarku?” Teriakku dengan lantangnya,seketika aku menoleh kala ku mendengar suara Ayah yang memanggilku balik, kulihat Ayah melambaikan tangannya ke arahku.Tunggu ,siapa yang berdiri di sebelah Ayahku? Siapa dia? Ah entahlah .Aku pun berlari menghampiri Ayah,langkahku terhenti saat aku melihat orang yang berdiri di sebelah Ayahku menatapku dengan tajam. Dengan badan yang kekar ,alis yang tebal bibir tipis yang menyeringai ,rambut yang berantakan dan di bahunya bertengger seekor tupai yang sedang asyik memakan coklat dengan kacang almond di dalamnya tak peduli dengan kehadiranku.

Lihat selengkapnya