3 Mei 2023
Malam hari 20.30 langit begitu mendung, Alea terduduk sendiri di dalam cafe coffee teman kita menunggu seseorang, berada di JL kramat asem kota Jakarta Timur, menyimpan luka dan kesedihan yang masih tersimpan dirasakan olehnya begitupun rasa trauma yang masih terpendam dalam dirinya, itu disaat kekasihnya terbunuh pada masa SMA 31 Jakarta Timur akibat peristiwa 98.
Alea membuka album fotonya dan kenangan masa lalu itupun dimulai.
10 Februari 1996.
16:00
Seorang wanita tua mengetuk pintu pada sore hari, mendengar ketukan pintu itu membuat seorang gadis berlarian untuk membukanya lalu terkejutlah gadis itu dengan expresi bahagia.
"Nenek!" seruan gadis itu.
Gadis itu sangat bahagia ketika Neneknya tiba ke rumahnya, lalu Nenek dari gadis itu terjongkok untuk memeluknya.
"Cucu Nenek sudah tumbuh besar," ucap Nenek.
Nenek Gadis itu melepaskan pelukanya sambil tersenyum menatap ke arah cucunya.
"Nek, ayo masuk," ucap gadis itu.
"Haha," Nenek dari gadis itu tertawa.
Saat gadis itu masuk ia berlari dengan rasa senang menuju dapur untuk menemui Ibunya sementara yang sedang berdiri mencuci piring di wastafel cuci piring, gadis itu menarik-narik pakaian ibunya, lalu ibu dari gadis itu balik belakang sementara gadis itu nunjuk keluar arah ruang tamu, Ibunya sudah mengerti dengan maksud anaknya lalu ia menghentikan pekerjaanya lalu berjalan ke ruang tamu untuk menemui Nenek dari gadis itu. Saat bertemu berhadap-hadapan lekukang senyum terlihat melalalui ibu sang gadis berjalan dan langsung memeluknya.
"Ibu," ucap dengan nada yang terharu.
"Ya nak Ibu disini," ucap Nenek.
Nenek gadis itu kedua matanya tertutup saat memeluknya, sambil menepuk-nepuk pundaknya.
"Hufhah... kenapa ibu baru lama sekali datang lagi ke sini?" Ibu gadis itu bertanya dengan nada suara yang tersedu-sedu.
Nenek dari gadis itu melepaskan pelukanya.
"Ibu sudah tua Nak, terkadang ketika penyakit asma kambuh yang menjadi kendala buat Ibu agar bisa datang kemari, apa lagi untuk sekarang Ibu maksakan diri karena ini hari kebahagian buat Alea," ucap Nenek.
Mendengar ucapan dari Ibunya membuat dirinya mengerti yang terjadi terhadap Nenek Alea. Sementara Ibu dari Alea tersenyum sambil menghapus air matanya.
"Ya bu, terimakasih," ucap Ibu Alea.
Disaat obrolan mereka selesai, Nenek Alea ingin mengangkat barang-barangnya namun di ambil alih oleh Ayah Alea yang baru saja keluar dari kamar untuk membantu mengangkat barang bawaan mertuanya.
"Ibu?" ucap Ayah Alea yang terkejut melihat kedatangan mertuanya.
"Hey Nak," sapaan dari Nenek Alea.
Ayah Alea langsung mendekat lalu memeluknya, saat itu ayahnya usai memeluknya.
"Ibu," ucap Ayah Alea dengan senang.
"Sudah-sudah Nak," jawab Nenek Alea.
Pelukan keduanya selesai.
"Kabar kamu bagaimana Nak?" Nenek Alea bertanya.
"Alhamdulillah baik bu, sebaiknya Ibu beristirahat dalam kamar dan biar aku membawanya sampai ke kamar Ibu," ucap Ayah Alea.
"Oiya Nak, antar ibu ke kamar," ucap Nenek Alea.
Saat mereka berjalan Ayah Alea masih menyempatkan mengobrol dengan mertuanya, menanyakan keadaan selama berada dalam perjalanan.
"Perjalanan Ibu bagaimana?" Ayah Alea bertanya.
"Alhamdulillah baik Nak," jawab Nenek Alea.