Pada malam hari Alea kedatangan rekan sepekerjaanya bernama Alfan. Alfan berposisi sebagai chef de partie yang ingin mengetahui peristiwa di balik kematian seorang koki bernama Hendra seorang koki dengan berposisi sebagai commis chef setara dengan Alea, peristiwa itu bermula terjadi pada pukul 22:00 kemarin malam.
Alfan seorang yang mudah akrab terhadap orang baru, namun tidak semua orang baru menjadi orang terdekatnya tidak seperti Alea yang berhasil membuat Alfan terkesimah melalui semangat kerjanya.
"Aku ingin tau semuanya," ucap Alfan.
"Itu mustahil jika itu aku yang melakukanya, karena aku pengidap penyakit fobia terhadap darah," jawab Alea.
"Kamu pengidap penyakit fobia?" Alfan bertanya.
Alea menjawab,"ya."
"Sejak kapan?" Alfan bertanya.
"Sejak aku masih SMA tahun 1998, saat itu aku masi memiliki kekasih dan seorang kakak," jawab Alea.
"Ok aku ingin dengar," ucap Alfan.
7 Mei 1998
Pagi hari 5.33, Alea masih tertidur pulas di atas kasurnya. Pada saat itu Sherlay ibu Alea berjalan mengarah ke kamarnya untuk membangunkanya.
Tok...Tok...Tok...
"Alea bangun sayang sudah pagi, kamu bisa terlambat ke sekolah," ucap Ibunya.
Sherlay masih berdiri di depan kamar Alea menunggu Alea terbangun.
"Nak!" ucap Ibu Alea.
Sherlay tidak mendengar tanda-tanda Alea terbangun, tangan Sherlay meraih handle pintu lalu menekan kemudian mendorongnya agar pintu kamar terbuka, melalui celah Sherlay melihat Alea masih tertidur sementara dirinya hanya bisa tersenyum, Sherlay kemudian melangkahkan kaki lebih dalam lagi memasuki kamar Alea untuk membangunkanya, ketika memasuki kamar, Sherlay melirik sejenak ke arah meja yang dimana terdapat kamera pemberian hadiah dari almarhum neneknya beserta dengan buku album foto yang berada di bawah kamera itu.
"Nenek kamu begitu sayang sama kamu Nak." Sherlay melap tetesan air mata yang mengalir.
Ibu Alea terduduk di kasur tidur Putrinya, lalu meraih bahunya untuk mengerakkanya supaya terbangun.
"Nak bangun ini sudah mulai pagi," ucap Sherlay yang membangunkan Putrinya.
Saat itu Alea terbangun sambil mengucek-ngucek kedua matanya, usai itu melihat ke arah samping dengan pandangan masih kabur, Alea melihat ke arah Sherlay adalah Neneknya.
"Nenek?" Alea bertanya-tanya.
"Hmm?" Sherlay terheran-heran.
Ibu Alea meraih tangan putrinya untuk di peluk.
"Bukan sayang, doakan saja Nenek kamu bisa bahagia disana," ucap Sherlay.
Saat Alea di peluk oleh Ibunya keadaan terbayang-bayang oleh Neneknya, beberapa minggu yang lalu tiap pagi hari, Neneknya selalu datang masuk ke dalam kamar tidurnya untuk membangunkanya sambil membawa hidangan kue dan susu, namun itu hanya menjadi kenangan.
"Sudah sayang, sekarang kamu berdiri untuk beres-beres Ibu menunggu kamu di dapur buat serapan, mumpung ayah kamu belum selesai mandi," ucap Sherlay.
Saat itu Alea berdiri dan berjalan menuju toilet dalam kamarnya untuk membersihkan diri. Cuaca yang cerah salah seorang warga sedang memesan nasi.
"Bu! pesan nasi kuning, sekalian buatkan teh hangat," ucap seorang pria.
"Heleh, ngutang mulu bayar yang kemarin," ketus Ibu pemilik warung.
"Oh, tenang saja bu ini uang buat bayar utang kemarin yang belum saya sempat bayar," jawab seorang laki-laki.
"Nah, begitu kalau minjam atau makan belum bayar mesti bayar," ketus ibu pemilik warung.
"Nah sekarang boleh sekarang memesan nasi, o sekalian buatkan teh hangat dengan memakai gelas besar," ucap seorang laki-laki.
Ibu warung sedang berjalan menuju dapurnya sebelum itu dia memutar sebuah lagu melalui radio antena.