Sabtu, 8 April 2023
Luka dan Liku
By: Irma Nurpitasari
Tampak cahaya matahari tengah menyinari batu nisan itu. Alegra bersama Alvino duduk berhadapan disamping rumah terakhir Ayah Alegra.
"Yah, maaf Alegra baru sempat kemari setelah sekian lama. Ayah kenapa tidak memberitahuku kebenaran semua ini, sekarang aku merasa sangat berdosa padamu. Aku memang Anak durhaka, aku tak seharusnya membiarkanmu hidup dalam kesepian di waktu terakhirmu." Ucapnya lirih lalu Alvino menghampiri dan merangkulnya.
"Kau tak seharusnya berkata seperti itu di depan kuburan Ayahmu." Ucap Alvino setelah mereka berada di dalam mobil.
"Aku memang anak Durhaka, bisa-bisanya selama ini aku tidak merasakan kasih sayang darinya padahal ia sangat peduli dan sayang denganku. Karena kejadian kelam di masa lalu itu, membuat hatiku mati untuknya." Jelasnya.
"Kau masih bisa memberinya kebahagiaan dengan do'amu, kau masih bisa memperbaiki semuanya dengan berusaha menjadi versi terbaik dari dirimu. Aku yakin, kamu bisa." Alvino menenangkan Alegra sembari menggenggam tangannya.
"Aku sudah memaafkannya tapi luka dalam hatiku masih membekas. Ini membuatku terus merasa bersalah padanya dan rasa ini selalu hadir setiap aku membukakan mataku."
Di hari libur ini, Alegra dan Alvino berencana untuk pergi bersama setelah mengantar Alegra mendatangi kuburan Ayahnya.
Tempat yang mereka datangi ialah tempat dimana para pendosa berkumpul tanpa adanya rasa bersalah.