ALeha

Lovaerina
Chapter #2

Bagian 1

"Pak Tuman!!! Pak Tuman!!!" Seorang bujang tanggung berteriak dengan suara lantang seraya tergopoh memasuki halaman rumah pemimpin di Kelurahan Eksodus itu. 

Perempuan cantik pemilik rumah membuka pintu. "Mbok ya assalamu'alaikum dulu. Jangan teriak-teriak gitu," ujarnya mengingatkan.

"Punten, Bu. Anu …" Gugup tidak dapat dihindari, kecantikan istri Pak Lurah memang membuat lupa diri.

"Anu opo toh?" Pak Tuman yang baru selesai mengaji kini berdiri di belakang sang istri, menemui tamu tidak diundang tersebut.

"Eh, Pak Lurah." Si Bujang yang semula tampak meriang oleh pesona istri Pak Tuman, kini nyaris menciut lantaran ditatap dengan nyalang.

"Ngomong yang jelas. Jangan ana-anu." Pak Tuman semakin mengintimidasi menyadari raut gugup si bujang yang kepergok menatap istrinya penuh damba.

"Itu Pak Lurah, ada warga dari kelurahan sebelah lagi diamuk di balai desa," info si bujang dengan tergesa.

Pak Tuman menggumamkan kalimat istighfar, sementara Bu Tuman segera mengelus dada sang suami. Setiap sabtu malam selalu seperti ini. Ada saja berita buruk menghampiri. Kalau bukan pemuda Eksodus yang dibuat babak belur, maka pemuda Eksordium yang dihajar massa, kadang sampai menggelepar.

"Kalian ini selalu aja main hakim sendiri!" gerutu Pak Tuman. "Padahal kalo main hakim barengan bakal lebih rame tau," lanjutnya.

Tangan Bu Yuna yang semula mengelus sayang dada suami, mendadak berhasrat ingin menampol kepalanya. Beruntung Bu Yuna adalah wanita berbudi pekerti, tidak mungkin mencontohkan kekerasan dalam rumah tangga di depan warga. Kalau sedang berdua saja, lain lagi ceritanya.

"Bu, bapak ke balai desa dulu ya. Sekalian mau telepon Pak Marzuki buat urus warganya," pamit Pak Tuman.

"Ibu ikut ya, Pak," timpal Bu Yuna. 

Bu Yuna sejatinya ingin ikut ke mana pun Pak Tuman pergi, tetapi Pak Tuman tidak pernah mengizinkan.

"Kalau Ibu ikut ke balai desa, yang ada bapak baku hantam sama warga," seloroh Pak Tuman.

Sudah dibilang, kecantikan Bu Yuna itu sungguh melalaikan iman dalam diri para lelaki. Dulu saja Pak Tuman harus bersaing mati-matian dengan ratusan jejaka lain untuk mempersunting wanita ayu bernama Yuna Sukaesih tersebut.

"Hati-hati di jalan, Pak," pesan Bu Yuna. "Cepat pulang, cepat kembali jangan pergi lagi."

🍒🍒🍒

Pak Marzuki sampai di balai desa 12 menit lebih 24 detik setelah kedatangan Pak Tuman. Korban dan beberapa pelaku pengeroyokan sudah diamankan. Kelurahan Eksodus dan Eksordium dihubungkan oleh jembatan beton yang berada di atas bekas sungai kecil, kini tanpa air.

Dan sudah bukan rahasia lagi, sejak era Nyonya Meneer belajar berdiri, warga dari kedua kelurahan tersebut sangat susah hidup bertoleransi.

Tidak hanya para pemuda, balita, orang-orang tua, ibu-ibu, bapak-bapak semua yang ada di sana suka sekali berseteru. Ada saja alasan yang menjadi pemicu, mulai dari hal remeh temeh hingga yang tidak bisa dianggap enteng.

Kali ini alasannya adalah pemuda Eksordium ketahuan menyambangi kediaman janda kembang di kelurahan Eksodus. Para pemuda Eksodus yang juga mendamba si janda merasa berang sebab kalah saing.

"Ini harus segera diakhiri." Pak Tuman selaku Lurah Eksodus berujar serius.

Lihat selengkapnya