Alexa & Angkasa

trinihutapeaa
Chapter #2

Prolog

Enam tahun yang lalu.

Pesta Ulang Tahun. 

"Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday to you," seru mereka dengan bernyanyi riang di Taman yang sudah dihiasi dengan pernak-pernik ulang tahun. 

"Selamat ulang tahun, Ale," kata Axel.

"Terima kasih, kakak," balas Ale. 

"Ayo, Ale lilinnya ditiup," Viona menatap Ale, "terus jangan lupa make a wish."

Harapan Ale di umur ke dua belas tahun ini, semoga Ale tetap rasain kehangatan keluarga ini di tahun selanjutnya, doa Ale dalam hati dengan memejamkan matanya. 

Setelah itu, Ale meniup lilin didepannya. Tepuk tangan terdengar riuh, dan itu membuat Ale tersenyum lebar, bahagia. 

"Ayo dong, Cake–nya dipotong. Kakak udah lapar nih," seru Axel dengan tertawa. 

"Dasar, kakak rakus," canda Ale dengan terkekeh kecil. 

"Biarin dong," sahut Axel.

"Okey, aku potong nih cake–nya kakak," ujar Ale sambil mengambil pisau dan memotong cake tersebut.

"Kira-kira potongan pertama cake–nya akan diberikan siapanya?" tanya MC—pengisi acaranya dengan suara keras.

Potongan cake pertama pun sudah dipotong dan hal tersebut membuat para tamunya berteriak heboh. Mereka bertanya-tanya untuk siapa dan kepada siapa potongan cake pertama itu diberikan. 

Ale pun memilih memberikan cake pertamanya kepada Axel—sang kakak yang sangat dia sayangi. Para tamu pun memberikan tepuk tangan dengan raut bahagia, menyaksikan bagaimana keharmonisan antara kakak dan beradik itu terjalin. 

"Ini, Ale persembahkan cake pertama untuk kakak," ujar Ale dengan menyodorkan cake tersebut kepada Axel.

"Terima kasih adikku yang tersayang," ungkap Axel sambil memeluk Ale dan mencium pipi gadis itu. 

"Ih, kakak, malu tau diliati banyak orang," kesal Ale. 

"Nggak papa, kan Ale adiknya kakak Axel," balas Axel sambil mencubit gemes hidung Ale. 

"Aaa, kakak sakit tau!" rengek Ale. 

"Duh, masa gitu aja merengek sih," goda Axel.

Bram dan Viona hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku dari kedua anaknya itu. Mereka tahu, Axel samgat menyayangi Ale, begitupun sebaliknya. Contohnya saja, jika Ale dalam bahaya, maka Axel dengan sigap melindungi adiknya itu, walaupun nyawanya sebagai taruhan. 

"Sudah, sudah. Kamu ininya Axel suka banget jahili Ale," instruksi Bram. 

Axel menyengir, "habisnya Ale gemesin Pa. Terus pipinya tuh tembem, pengen Axel gigit aja rasanya."

Mendengar perkataan dari sang kakak membuat Ale cemberut sehingga membuat pipi gadis itu semakin membulat, menggemaskan. Axel yang melihatnya kembali mendekat, namun karena Ale sudah tahu niat sang kakak, dia pun tidak akan memberikan kesempatan dengan langsung memasang ancang-ancang menghindar. Axel yang mengetahuinya menjadi kesal, dia berpikir, bagaimana bisa adiknya sendiri tidak mau dicium olehnya? 

***

Kini pengisi acara kembali mengeluarkan suaranya kepada para tamu dengan pertanyaan yang sama. Hanya saja kali ini cake potongan ke dua, lalu cake kedua pun dipotong. 

Namun Ale tidak hanya mengambil satu piring kecil saja, melainkan dua piring sekaligus. Menurut gadis itu kedua cake tersebut akan dia berikan kepada orang yang sangat spesial bagi gadis itu selain sang Kakak, Axel.

Ale pun memindahkan potongan cake tersebut ke atas piring yang dia ambil. 

Pengisi acara terlihat bingung, begitu juga para tamu. Mengapa Ale mengambil dua piring kecil, karena tidak ingin berasumsi sendiri akhirnya pengisi acara menanyakan langsung kepada gadis tersebut. 

Lihat selengkapnya