Lukisan indah karya agung Tuhan memanjang tak bersangga, sejenis biru laut yang teramat tinggi tanpa tiang. Orang-orang menyebutnya langit, atap hidup semua makhluk di dunia.
Di bawah langit nan begitu indah, nampak orang-orang berpakaian putih abu-abu bergerombol keluar dari sebuah gedung sekolah yang berada di Bandung, karena kebetulan hari ini guru-guru sedang ada rapat dan sekolah dipulangkan lebih cepat.
"Gila! Gila! Gila!" gerutu Lexa.
Gina menoleh, "Lo kenapa?."
Lexa menghela nafasnya, "Gue hari ini sial banget sih. Udah nabrak Alex dua kali, sekarang malah satu kelompok sama dia!."
Gina tertawa, "Kesian amat sih sahabat baru gue ini. Ini ujian dari Tuhan."
"Aish. Ngeselin," gumam Lexa.
"Eh, gue udah di jemput tuh, gue duluan ya, Xa. Dahh," Gina berlari kecil menuju sebuah mobil yang menunggunya.
Kini, Lexa duduk di halte sekolah sembari menunggu mobil jemputannya datang.
Lexa melihat jam ditangannya kemudian menggerutu, "Gila ni mamah! Lama banget sih jemputnya."
"Xa!" seseorang menepuk pundak Lexa dan membuat Lexa terkejut.
"Aish, Gerald. Bikin kaget aja lo," pekik Lexa.
"Hehe sorry. Oiya, hari ini lo bisa kerja kelompok buat bikin drama, gak?" tanya Gerald.
"O? Di mana?" tanya Lexa.
"Di rumah Alex," jawaban dari Gerald membuat Lexa terkejut.
"Alex!? Hfft, anak itu lagi," gerutu Lexa.
"Lo berdua kenapa sih? Gak akur banget kayaknya," tukas Gerald.
"Au, udah ah gak usah di bahas. Rumah Alex di mana? Gue gak tau," ucap Lexa.
"Ah iya gue lupa. Coba minta nomor lo aja, nanti gue send rumah Alex lewat GPS," kata Gerald. Lexa pun memberikan nomornya pada Gerald.
"Lexa," panggil seseorang, saat Lexa menoleh ternyata itu adalah mamahnya.
"Rald, gue duluan, ya. Udah di jemput, byeee," Lexa masuk ke dalam mobil dan melambaikan tangannya ke Gerald, begitupun Gerald.
'Ternyata lo bener-bener lupa, Xa."