Blurb
Saat bertemu dengannya, semangatku untuk menjalani hari menjadi hancur melebur bersama rasa benci yang tertanam di dalam hatiku. Aku pun berencana untuk menggali lebih dalam masa lalu Bu Hana, supaya aku bisa membalaskan kebencianku dengan menyeret sisi gelap dirinya ke hadapan semua orang.
"Kenapa kamu penasaran dengan Bu Hana?" Pak Farhan mulai mencurigaiku.
"Begini, Pak. Tadi saya dengar beberapa siswa tengah membicarakan masa lalu Bu Hana dan menjelek-jelekannya, bahkan mereka juga menyebarkan berita tak jelas mengenai Bu Hana. Saya ingin mencari tahu kebenarannya untuk membuktikan bahwa rumor itu tidak berdasar. Karena itu, bisakah Bapak menceritakkany kepada saya?" Aku berusaha membujuknya.
"Bu Hana tidak pernah mengatakan nama anaknya, dia merasa sedih dan bersalah jika menyebut namanya. Tapi, Bu Hana pernah mengirinkan fotonya kepada Bapak." Pak Farhan langsung meraih ponsel yang berada di dalam saku celananya. Setelah menemukan foto yang Pak Farhan maksud, dia pun langsung menunjukkannya padaku. Saat melihat foto itu, pupilku membesar, lisanku tak mampu berucap, dan denyut jantungku terasa menghilang. Aku mematung di hadapan Pak Farhan.