Ketika menjadi siswa transisi dari SMP ke SMA, ada banyak yang berubah di dalam keseharianku. Belum lagi keputusan keluarga ku untuk pindah rumah ke kabupaten sebelah. Dulu udah pernah tinggal di sana juga sih, sewaktu SD kelas 1 sampai kelas 2. Tapi, teteap saja lingkungan yang baru membuat aku perlu untuk adaptasi lagi. Terutama mengenai jarak sekolah dan rumah yang lumayan memakan waktu. Jika mengendarai sepeda motor dengan kecepatan yang standard akan membutuhkan waktu sekitar 25 menitan. Lain halnya jika mengendarai sepeda motor dengan cara anak muda zaman sekarang, itu memerlukan waktu paling cepat 15 menitan. Namun, untuk masalah bangun pagi, tidak jauh berbeda dengan lingkungan yang lama jadi tidak terlalu merubah kebiasaanku secara keseluruhan.
Ada satu lagi kendala yang lumayan memerlukan pembiasaan yang lebih, yaitu mengendarai sepeda motor. Sudah barang tentu mengendarai sepeda motor ke sekolah bukan kebiasaanku waktu SMP, tapi pernah. Jadi gini, waktu SMP dulu harusnya dilarang membawa sepeda motor ke sekolah. Awal-awal untuk berangkat ke sekolah perginya diantar sama ayah tapi untuk pulangnya menggunakan angkot yang ada. Angkot penumpang yang khusus mengangkut pelajar ini adalah salah satu dari 2 angkot yang melewati rute antara Kecamatan Silungkang dengan pusat kota. Maklum, di kota kecil dengan penduduk yang tidak terlalu banyak ini, membeli motor jauh lebih efisien ketimbang pengadaan angkutan umum untuk keperluan sehari-hari.
Bagi aku dan teman-teman yang pulangnya searah, menjuluki angkot favorit kami dengan julukan “Angkot Papi” Tidak ada alasan yang mendasar bagaimana julukan itu tersematkan kepada angkot berwarna hitam yang setua sopirnya ini, tetapi julukan itu menjadikan kami jadi lebih dekat. Kedekatan inilah yang kadang dimanfaatkan oleh sebagian temanku agar membayar ongkos dikeesokkan harinya.
Ada suatu ketika, dimana aku sudah berani membawa kendaraan bermotor ke sekolah. Waktu itu di kelas 8. Itupun karena terpaksa sebab harus pulang larut karena ada kegiatan OSIS, Pramuka, dan lainnya. Kebijakan sekolah yang berlaku saat itum murid SMPN 1 Sawahlunto tidak diperbolehkan membawa sepeda motor apalagi memarkirkannya di halaman sekolah. Bagi yang ketahuan akan diambil kunci motornya untuk selanjutnya dipanggil orang tua untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.