Aku dan Najwa saat ini sudah sama-sama SMA tapi tidak di SMA yang sama. Aku masih di Kota Sawahlunto sedangkan Najwa pindah rumah sekaligus pindah sekolah ke kota sebelah. Hanya sekitar tiga jam atau bahkan empat jam perjalanan dari Kota Sawahlunto. Lumayan dekat jika dibandingkan dengan Adam dan Hawa yang terpisah sangat jauh, satu diujung dan satunya lagi diujung pula. Dari mereka kita dapat belajar sesuatu yang sangat berarti dari sebuah hubungan, yakni seberapapun jauhnya jarak yang memisahkan sepasang insan akan bertemu jua kita itu takdirnya. Ini yang aku jaga ketika Najwa jauh dariku, begitu juga Najwa.
Najwa bercerita, ada banyak perubahan yang terjadi padanya semenjak dua tahun setelah lulus dari SMP begitu pula aku. Aku pun sudah menemukan arti dari kehidupan. Maksudku, aku tahu untuk apa aku hidup di dunia ini selain untuk beribadah kepada Allah. Tahun pertama di SMA nun juah itu, Najwa berusaha untuk mulai merubah pola pikirnya, ibadahnya, bahkan penampilannya sebagai wanita muslimah. Dia berusaha dengan memakai niqab atau cadar yang menutupi sebagian wajahnya dan hanya menyisakan bagian mata yang terlihat. Dia pun memutuskan untuk tidak hanya disaat keluar rumah untuk berpergian tetapi juga memakai penutup wajah itu saat berada di sekolah.
“Alhamdulillah, sekolahku mengizinkan aku memakai niqab, Al. Guru aku malah mendukung aku untuk pakainya.” Kata Najwa dalam pesannya.
“Alhamdulillah, banyak sekali perubahanmu ya, neng. Aku sampai terharu mendengarnya. Sehat-sehat selalu yaah!” balasku sambil menyertakan sebuah emotikon senyum.
Semuanya berjalan begitu saja. Kami mulai menikmati komunikasi kami yang berjalan lancar. Saling berbagi kabar, lempar perhatian, dan saling mengingatkan. Serasa dunia ini mendukungku untuk selalu bersamanya. Najwa pun sepakat untuk terus berhubungan walau secara daring. Kami pun saling membagi kesibukan dan keluhkesah satu sama lain, berbagi cerita sampai akhirnya komunikasi kami terputus karena kesibukan masing-masing.
Najwa sibuk dengan lesnya yang sudah terjadwalkan selama sepekan. Les bimbingan belajar dan les privat biola. Namun, kami masih saling berbagi kabar walau hanya menanyakan lagi apa atau dengan siapa, dan dimana. Tibalah waktu itu, sudah sekitar empat hari aku hubungi Najwa tidak bisa. Aku SMS tidak ada balasan. Aku telepon tidak masuk. Aku takut terjadi kenapa-kenapa padanya. Akhirnya khawatir bahkan kawan-kawan di kelas menanyakan alasan perihal wajahku yang seperti langit akan turun hujan. Aku menunggu dan terus menunggu. Berdoa keselamatan bagi pujaan hatiku dan berharap tidak terjadi apa-apa.