Alfa berkacak pinggang saat ia memasuki kelasnya yang terlihat kotor. Banyak sekali sampah kertas dibawah meja. Butiran debu juga nampak menumpuk di kaca jendela.
Ia berjalan kebelakang untuk mengambil sapu di lemari penyimpanan alat kebersihan. Malas rasanya ia membersihkan kelas sendirian. Terlebih lagi hari ini bukan jatah piket nya.
***
Obed berjalan menuju rooftop, tempat favoritnya untuk menyendiri. Ia menggelar kasur lantai, lalu berbaring. Sunyi hanya ada suara kicauan burung dan hembusan angin sepoi-sepoi yang seolah menyentuh setiap centi kulitnya.
Obed memejamkan matanya. Hari ini, ia sengaja berangkat telat dan berencana untuk membolos kelas selama satu hari full. Pelajaran hari ini sangat mengekang.
"Kok lo ada di sini Bed?" Merasa terganggu, Obed membuka matanya dan mendapati seorang cewek yang tak asing menurut nya. Cewek itu tersenyum manis kearah nya.
Ia kembali memejamkan matanya. "Gue ngomong sama Lo, loh Bed,"
Obed mendecih. "Selagi, bukan urusan Lo, gausah ikut campur." Ketusnya.
Bukannya pergi, Cewek itu terlihat semakin tertarik karena ucapan Obed. Cewek itu malah duduk di samping Obed. Cewek itu memandang wajah Obed lekat-lekat. Entah apa yang dipikirkan cewek itu, ia berani memandang Obed dengan sangat lekat. Cewek itu cantik. Namun sayang, tidak tahu diri.
Obed membuka matanya. Lalu, mendorong dahi cewek itu kuat-kuat. "Nafas lo bau Pesing. Minggir!" Ia beranjak pergi. Jam bolosnya terganggu oleh seorang cewek yang selalu mengaku menjadi tunangan Obed. Jujur saja, siapa yang tidak risih dengan seseorang yang sama sekali tidak kalian kenal, namun, malah mengaku mempunyai hubungan yang erat dengan kalian. Sokap dasar.
Obed turun, lalu berjalan menuju kelasnya. Sambil menyampirkan tasnya di bahu, ia berjalan santai. Sambil memasang muka kusutnya, ia menatap lurus ke depan.
Obed menghentikan langkahnya saat sudah ada di depan kelasnya. Ia membuka loker bernomor enam belas. Lalu, mengeluarkan semua benda yang ada di dalam lokerPuluhan batang cokelat dan mungkin ratusan surat cinta untuknya. Ia heran mengapa banyak siswi yang mencintainya. Cinta. Cinta itu siksa. Obed pernah berpikir, mengapa banyak orang bodoh yang rela terluka demi kebahagiaan seseorang yang amat dicintainya, padahal orang yang mereka cintai tak peduli. Bahkan tak menganggap mereka ada.
Obed melihat kebawah. Perhatian nya tertuju pada sebuah botol air mineral. Ia berjongkok untuk mengambilnya. Ada sepucuk surat tertempel di badan botol itu. Obed membuka surat itu.
"Kak, ini air mineral yang kemarin aku bawain. aku harap, hari ini bakal kak Obed minum."