“Pagi, Tante.”
“Hey, Alfa. Pas banget kamu datangnya. Tante baru aja selesai bikin cookies. Nyobain resep yang suka berseliweran di Youtube.” Tante Marisa mengeluarkan toples kaca dari salah satu kabinet yang ada di dapur. “Tante setengah mati dibuat penasaran sama Youtuber yang nggak pernah kasih lihat mukanya itu. Kok bisa bikin kue pake bahan minuman instan.”
Selagi Tante Marisa memasukkan kue kering berbentuk bulat kedalam toples, Alfa mencomot satu dan memakannya dalam sekali suap.
“Gimana?” tanya Tante Marisa penasaran.
“Entahlah.” Alfa memakan satu cookies lagi. Kali ini dengan penuh penghayatan. Dengan mata yang sesekali memejam seolah sedang mengerahkan seluruh kekutan pada indera perasanya.
Tante Marisa benar-benar sedang menanti pendapat Alfa tentang kue buatannya itu. hanya saja, setelah Alfa berhasil menelan kue kedua, mulutnya mengunyah kue ketiga lalu keempat. Saat tangannya hendak mengambil kue kelima, Tante Marisa segera menutup toples.
“Ngincip apa doyan?” Tante Marisa meninggalkan Alfa yang tergelak dengan mulut penuh makanan.
“Sekarang trend-nya tukang ngincip yang doyan, Tan.”
“Bisaan ya, kamu itu.” Tante Marisa menyalakan TV kemudian duduk di sofa berwarna putih. “Sini temenin Tante ngabisin kue sambil nonton TV.”
“Drama korea, Tan?”
“Waktu Tante nggak sebanyak Ameria yang bisa menghabiskan satu drama dalam 24 jam. Tante nggak ngerti punya tambahan waktu dari mana coba. Novel habis dibaca, drama puluhan episode ditonton, masih sempat tidur pulas” Tante Marisa mengomentari kebiasaan America tanpa lepas memandang layar kaca.
Pada layar datar itu sedang menampilkan sebuah regu pemadam kebakaran sedang melakukan pencarian didalam kargo pesawat. Tidak lama kemudian petugas tersebut menemukan sebuah kardus besar. Ketika dibuka kubus berukuran sangat besar itu berisi seorang pria yang lemas karena terjebak didalamnya selama berjam-jam.
“Tante lagi suka lihat film-film penyelamatan kaya gini nih, Fa.”
Laki-laki yang diperkirakan berusia 20 tahunan tersebut menderita hipotermia. Sehingga petugas berseragam biru tersebut menyelimutinya dengan selimut khusus untuk menghangatkan.
“Orang mungkin lebih mengenal Batman, Spidermen, Kapten Amerika, bahkan Gundala sebagai superhero. Tapi buat Tante merekalah superhero sesungguhnya. Seseorang yang rela yang menolong orang lain karena nulari seorang manusia.”
Adegan berganti saat pemuda tadi akan dimasukkan kedalam ambulan. Kemudian seorang petugas memberikan ponsel padanya.
“Lihat wanita itu.” Alfa mengikuti arahan Tante Marisa. “Namanya Maggy. Dia berusaha keras untuk menyelamatkan pemuda itu hanya dengan suaranya. Dia memberikan keyakinan pada pemuda itu bahwa dia pasti selamat. Nggak gampang kan? Padahal bisa aja kan Maggy berhenti setelah memberikan informasi darurat.”
“Kok Tante udah tahu duluan, sih?”
Tante Marisa menceritakan adegan demi adegan yang belum sampai dalam siaran itu.
“Ini siaran ulang. Jam tayang aslinya selasa malam.”
Alfa kembali memfokuskan perhatian pada aksi heroik tim penyelamat dari negeri Paman Sam.
Narasi panjang yang diberikan Tante Marisa benar-benar membuat Alfa terhipnotis. Perhatiannya berpusat pada adegan demi adegan yang Ia saksikan di layar televisi. Hingga membuatnya lupa tujuannya datang kesana.
Kisah penyelamatan pemuda yang terjebak dalam sebuah kardus membuat sebuah ketukan lembut dalam hatinya. Getaran itu berlanjut kemudian mengirimkan sinyal-sinyal pada otaknya untuk dibuatkan bentuk visual. Namun, belum sempat imajinasi itu terbentuk sebuah suara yang khas ditelinganya bergema.
“Diihh, malah asik nemenin bunda nonton TV. Jadi pergi nggak?”
“Gimana nggak asik. Nungguin kamu dandan aja lama banget. Padahal tambah cantik juga nggak. Gimana mau punya pacar.” Bunda menyahut.
“Cantik dan punya pacar itu nggak ada hubungannya kali, Bun. Yuk, berangkat. Keburu tutup toko bukunya.”
Sepertinya Ameria sedang berada di zona peralihan, antara dunia nyata dengan dunia fiksi yang dibacanya semalaman. Sehingga Ia tidak tahu sedang di dunia mana saat ini. Padahal matahari sedang bersemangat menyinari bumi dan disambut gembira oleh kepakan sayap kupu-kupu mencari sari bunga malah disangkanya sudah malam.
Ameria mencium tangan bundanya untuk berpamitan. Disusul Alfa sambil mengucapkan terima kasih karena sudah diberi kesempatan mencicipi cookies buatannya.
“Kuenya beneran enak, Tan.”
“Bunda bikin kue lagi?” Tanya America heran.
Tante Marisa hanya memutar bola matanya. Sementara Alfa terkikik geli lalu menarik America untuk segera pergi.
====
Akhirnya buku bersampul putih itu berhasil Alfa temukan. Setelah berjalan mengelilingi toko buku. Beralih dari satu rak ke rak yang lainnya.
Sebenarnya mudah saja jika ingin membeli sebuah buku tanpa harus mencari satu per satu. Tinggal menggunakan komputer yang sudah disediakan lalu masukkan judul buku atau nama penulisnya. Maka katalog digital tersebut akan menemukannya dengan menunjukkan kategori dan ketersediaannya saat ini.
Tentu saja hal itu tidak dilakukan anak-buku seperti Alfa dan Ameria. Berkunjung ke toko buku seperti hangout di mall bersama teman. Menelisik satu demi satu buku didalam rak seperti aktifatas yang menghipnotis. Membuat keduanya asik dengan dunianya masing-masing.