Alfameria

kumiku
Chapter #10

Chapter #10

Satu bulan berlalu, semua berjalan sangat cepat. Baik Ameria maupun Aksa sudah menyusul Alfa menjadi seorang mahasiswa. Ameria menjadi mahasiswa seni dan Aksa akan mengenakan jas almamater berwarna kuning.

Kini novel-novel Ameria sudah memiliki pesaing baru. Mereka yang memiliki wujud nyata sehingga tidak akan menggunakan kemampuan visualisasi didalam otak. Film, serial TV juga buku-buku yang membahas seluk beluk pertelevian dan film mulai mengisi hari-harinya.

Di akun Instagram, Ameria mulai kehilangan pengikut karena peralihan buku bacaannya yang cukup signifikan bahkan aktivitasnya mulai berkurang. Disisi lain dia mendapatkan teman baru yang menyukai dunia yang lebih serius lagi dari seputaran novel-novel teenlit atau young adult.

“Mey, Aksa udah nunggu dibawah.”

Bunda melongokkan kepala melalui pintu kamar. Ameria sedang duduk dihadapan cermin. Hanya ada bedak dan lipbalm jenis make up yang ada dimeja. Sehingga tidak akan memamkan banyak waktu untuk mengaplikasikannya diatas wajah. Tapi Ameria perlu sedikit waktu lebih banyak untuk melihat kedalam dirinya sendiri.

“Kenapa?”

Bunda menghampiri Ameria yang belum bergerak dari duduknya.

“Bun, apa yang udah Amey lakuin selama ini udah bener?”

“Kenapa bilang gitu?”

“Amey cuma ingin semua orang senang ketika ada Amey. Entah karena sikap Amey, hobi Amey, kemampuan Amey. Apapun itu Amey ingin orang lain nyaman. Tapi kenapa pada akhirnya Amey membuat mereka kecewa.”

“Masih soal Alfa?”

Ameria menggeleng.

Bunda mendekat lalu menggenggam lembut telapak tangan Ameria.

“Kita tidak bisa memaksa orang menyukai kita atau merasa nyaman dengan keberadaan kita. Semua itu tidak bisa kita kendalikan. Yang bisa kita kendalikan hanya diri kita sendiri. Bagaimana kita bersikap kita pada orang lain. Perlakukan orang lain seperti orang lain ingin diperlakukan, kita hanya bisa mengusahakan itu.”

“Sudah, Bun. Tapi bunda lihat sendiri kan? Alfa menjauh. Aksa juga menjaga jarak.”

“Mey, terkadang orang perlu waktu untuk sendiri. Hanya untuk mengetahui kemana arah kakinya akan melangkah. Mungkin Alfa dan Aksa ingin menjauh sebentar untuk tahu keinginannya sendiri. Bagitu juga kamu.

“Lihat, apa yang kamu dapat selama satu bulan ini tanpa teman-teman kamu? kamu bisa mneghabiskan buku-buku yang sedikit pun tidak punya keinginan untuk membacanya. Kamu juga jadi lebih yakin apa yang harus kamu lakukan setelah lulus SMA.”

“Tapi Alfa pergi, bunda. Ke Belanda. Dia kaya mengindar dari sesuatu.” Ameria masih bersikeras mempertahankan pendapatnya.

“Mungkin karena dia harus melakukannya. Mungkin itu bagian dari mimpi-mimpi yang harus dikejarnya.”

“Kita udah janji bakal sama-sama.” Ujar Ameria sendu.

“Kalian masih 18 tahun. Terlalu kecil kalau kalian hanya melihat satu sama lain.”

“Tapi, Bunda …”

 “Mer, kamu mau kalau Alfa melakukan sesuatu yang tidak disukainya hanya demi bisa bersama dengan kamu? Kamu mau Alfa hanya melihat kamu, membangun rencana-rencana besar kalian sehingga dia menutup mata pada potensi dalam dirinya sendiri?”

Ameria menatap mata Marisa sendu.

“Kamu boleh marah. Kamu boleh kecewa. Tapi jangan sampai menjadi penghalang. Sebagai sahabat kamu harusnya memberikan dukungan dan semangat pada Alfa.”

====

Lihat selengkapnya