Ali is Machine

Khairul insan.A
Chapter #6

CNN BBC & TED

Malam datang menghampiri, ia bermimpi bertemu dengan Rena, ia menyambut wanita itu penuh dengan senyuman dan rasa kasih sayang. Dalam mimpinya itu, Ia begitu menyukainya. Tapi, ia juga ingin segera mengakhiri rasa sukanya kepada Rena, ia telah membuat komitmen di dalam dirinya “jika ini semuanya harus diakhiri, Jika tidak semuanya bisa menjadi kacau.” Walaupun Rena tidak begitu memperhatikannya, tapi Ali ingin segera mengungkap ini semua. Tanda tanya besar yang telah ia lihat, mulai dari foto Rena di handphonenya Alvin, dan juga saat perjalanan menuju ke rumah Zia. “Sepertinya aku harus segera menghubungi Alvin,” ia mencoba menghubunginya, tapi tidak ada jawaban olehnya. Ia berpikir mungkin Alvin sedang sibuk.

Lalu ia membuka DVD yang telah diberikan Maru kepadanya, ia membuka laptop dan melihat begitu banyak foto Rena di dalamnya. Dahulu setiap ia melihat Rena jika ada kesempatan ia pasti mengambil gambar dari sisi manapun yang ia sukai, sudah lama ia tidak membuka file itu, sebelumnya ia juga sudah pernah ingin melupakan wanita itu, karena ia juga berpikir jika perasaannya pasti tak sampai kepada wanita yang disukainya. Setelah melihat foto itu ia langsung membuang DVD yang telah diberikan Maru kepadanya. Jika ia tidak mau lagi mengingatnya dan apapun cerita yang ia dengar dari Alvin nantinya ia sudah siap dengan semua argumennya. Ali sangat membutuhkan penjelasan Alvin karena ia tak mau putus hubungan dengan temannya sekaligus seperti keluarganya sendiri.

Ali membuka handphonenya.

“Teman-teman semua, tinggal berapa lama lagi waktu kompetisi itu,”kata Maru.

“Kurang lebih 3 bulan lagi Ru,”kata Ali.

“Dan bagaimana kerangka Presentasi kita nanti?”

“Kita akan membuat konsepnya bersama-sama Zi,”jawab Petra.

“Dua minggu lagi kita akan bertemu di rumah ku ok, sekarang kita pergunakan waktu break kita sebentar, untuk membuat pikiran lebih fresh, selamat berlibur teman-teman,”kata Ali.

Ia mengambil kebijakan untuk beristirahat selama 2 minggu, karena sebahagian besar Team Smart sudah 80 persen berhasil mengoprasikan penemuannya. Ia juga sudah membuat nama penemuan project ini, ia akan memberitahu kepada Team Smart tepat saat bertemu di rumahnya nanti. Ia sangat merindukan kakak dan ayahnya, sudah dua bulan yang lalu mereka sibuk, ayah berada di luar kota dan kakaknya kembali ke Amerika, dan ia pun mencoba untuk menghubungi kakaknya.

“Hei, kenapa Li,”kata kakaknya.

“Bagaimana kabar kakak di sana, sehat”?

“iya kakak sehat, bagaimana denganmu, Team Smart gimana, udah selesai riset kalian.”

“Sudah kak, tapi nanti aja deh bahas itu.”

Sambil tertawa, “tumben kamu tidak semangat bahas Team Smart.”

“Bukan begitu kak, ada yang mau aku bicarakan, aku ingin minta pendapat kakak.”

“Pendapat apa itu,”

Lalu ia menceritakan kejadian saat ia melihat Alvin dan Rena di dalam mobil sahabatnya itu.

“Begini ya Li, mungkin diantara kamu dan Alvin ada hal yang tidak terbuka, iya kalian bicarakan saja lagian kalian kan udah dewasa, tapi saran kakak bicarakan ini baik-baik, kamu tidak tau apa alasan Alvin menutupinya, mungkin saja dia tidak mau kamu sakit hati.”

“Aku juga sempat berpikir seperti itu kak, padahal kalau Alvin juga cerita dan jujur sama aku, ya tidak masalah, aku sudah berlapang dada.”

“Nah itu baik, keputusan yang kamu ambil,”kata kakak.

“Li ingat pesan kakak, jika wanita itu memang bukan jodohmu maka seperti apapun kamu berusaha untuk mendapatkannya, kamu tidak akan pernah berhasil, karena wanita itu memang bukan takdirmu.”

“Iya kak, aku mengerti apa yang kakak sampaikan, iya sudah kak.”

Ia meresapi nasihat yang telah diberikan kakaknya, “memang benar jika sesuatu yang tidak ditakdirkan menjadi milik kita, maka seperti apapun kita berusaha menggenggamnya akan tetap lepas, karena bukan milik kita.” jika ia bertemu dengan Alvin nanti, dan membicarakan ini semuanya, apapun yang dikatakan oleh Alvin ia sudah siap.

         Pagi ini tepat hari Jum’at, Ali bergegas pergi berziarah ke makam ibundanya, sudah lama ia tak berkunjung. Hari ini ia begitu merindukan ibundanya, ia ingin bercerita, selama ini ia tak pernah lupa selalu mendoakan ibundanya agar selalu tenang di sisi yang maha kuasa. Jika sesungguhnya ia tak pernah menganggap ibundanya tiada, melainkan itu semua ia jadikan motivasi untuk tetap melangkah, jika ibunda tetap berada di sisinya. Sambil membersihkan rumput-rumput yang tumbuh di makam itu ia mengingat kembali betapa ibu sangat mencintainya, pengorbanan seorang ibu tak akan pernah habis bahkan sampai sosok ibu meninggal.

“selamat pagi den?"

“Iya selamat pagi pak.”

“Tumben sendirian den,”kata penjaga kuburan.

Lihat selengkapnya