Alvin bergegas bertemu dengan Ali, seperti janjinya kemarin. Dia sudah siap dengan apa yang akan dibicarakannya dengan teman sekaligus keluarganya itu sendiri. Sebelumnya, pikiran ini membuatnya terganggu sudah berapa lama dia menyembunyikan sesuatu dari Ali, dia hanya menunggu waktu yang tepat untuk berbicara kepadanya. Ibunya memanggil
“Vin, sudah sarapan?”
“Aku sarapan di luar saja bu, lagian sudah ada janji pagi ini dengan Ali.”
“Ya sudah kalau begitu, sampaikan salam ibu kepadanya ya.”
“Baiklah bu.”
Alvin pergi sendirian, dengan mengendarai mobilnya, kebetulan pak Yono sedang kembali ke kampung halaman. Lalu dia menghubungi Ali.
“Li, kamu masih di rumah?”
“Tidak Vin, aku sudah di jalan.10 menit lagi aku sampai.”
“Aku juga baru saja berangkat, aku pikir kamu masih di rumah, maksud ku bareng-bareng aja berangkatnya, iya sudah kalau begitu, sampai ketemu di sana ya.”
walaupun mereka akan membicarakan hal yang serius, tapi itu tidak membuat mereka berdua tegang. Mereka masih tetap seperti biasa, santai dan juga dewasa. Karena menurut Alvin tidak ada hal yang bisa mengalahkan persahabatan mereka sejak dari kecil sampai sekarang, hanya saja bedanya mereka sudah dewasa. Oleh karena itu, mereka mencari jalan masing-masing. Ada dua hal penting akan disampaikan Alvin kepada Ali nantinya.
Ali telah sampai di Coffe Shop itu, lalu pelayan datang.
“Eh, mas Ali sudah lama tidak kelihatan.”
“Ya seperti biasanya lah, beberapa bulan kebelakang sibuk terus mas.”
“Ow begitu, mas Alvin gimana kabarnya?”
“Bentar lagi juga dia sampai.”
“Mau pesan sekarang mas.”
“Sebentar lagi aja deh, nunggu Alvin dulu.”
“Ok mas.”
Ali membuka laptopnya melihat E-mail baru dari perusahanan (Future Machine) mereka mengirim pesan, jika seminggu lagi setiap peserta harus menghadiri acara Technikal Meeting, setiap peserta wajib mewakili dua orang untuk mengkuti alur kompetisi itu.
Alvin telah tiba, lalu Ali memeluk sahabatnya itu.
“Dari mana saja sih kamu Vin?”
“Iya maaf Li, belakangan ini aku sangat sibuk mengurus hal-hal yang penting.”
“Kamu sudah sarapan?”
“Belum Li, ya sudah sekalian pesan makan deh.”
Keduanya bercerita sangat asik sekali, mereka membahas Team Smart, karena beberapa kali pertemuan Alvin tidak bisa hadir. Dia juga menyampaikan salam ibunya kepada Ali, lalu dia bertanya kepada Ali.
“Li, kamu sudah lama suka dengan Rena?”
“Dulunya iya Vin, tapi sekarang aku sudah tidak menyukainya lagi, benar seperti kata mu dulu, Rena sangat berkelas untuk ku,”ia sambil bercanda.
“Aku serius Li.”
“Aku yang bertanya sekarang denganmu Vin,”lalu ia menceritakan semua kejadian yang ia lihat.
“Iya memang benar begitu ada nya Li, sebelumnya aku minta maaf kepadamu jika harus menunggu waktu terlalu lama untuk menceritakan ini semuanya.”
“Iya tidak masalah Vin, sekarang cerita kan kepadaku.”
Dulu 10 tahun yang lalu, saat Alvin masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, orangtua Rena datang ke rumahnya beserta keluarga. Hubungan keluarga mereka sudah lama terjalin sejak kedua orang tua mereka belum memiliki anak, keluarga sepakat untuk menjodohkan keduanya saat sudah dewasa nanti, setelah Alvin dewasa, dia menolak perjodohan itu karena menurutnya mencari pasangan sendiri adalah sifat mutlak bagi manusia. Tapi, ibunya melarang. Ini semua tujuannya untuk kepentingan politik, karena bapaknya seorang Walikota dan orang tua Rena juga Jendral, kedua belah pihak ini sepakat untuk melanjutkan misi mereka, saat itu Alvin berontak karena menurutnya ini semua terlalu dipaksakan, sudah berulang kali dia menolak perjodohan itu. Pada akhirnya Alvin luluh tak bisa menolak keinginan orang tuanya, dia menjalani hubungan pelan-pelan dengan Rena, pada akhirnya keduanya saling jatuh cinta, sebelum Ali menyukai wanita itu.
“Aku mengerti Vin, sebelum kamu menceritakan ini semuanya aku sudah berbesar hati, dengan apa yang telah aku putuskan.”
“Aku juga mengetahui apa jawabanmu Li, karena aku mengenal mu sudah lama dan tidak mungkin kamu akan memutuskan hubungan persahabatan kita.”
“Aku bersyukur memiliki teman sepertimu Vin, karena kamu menghargai aku lebih dari yang aku harapkan.”
“Ada satu hal lagi yang akan aku ceritakan li.”