Ali is Machine

Khairul insan.A
Chapter #10

Sample

     Sebentar lagi Team Smart akan memasuki kompetisi babak selanjutnya, mereka mempercayakannya kepada Zia, mereka sudah mempersiapkannya. Bapak penentuan akan dimulai, perusahaan sudah memberikan kesempatan kepada setiap Team untuk menunjukan sample penemuan mereka, tanpa penelitian yang kuat dan riset yang cermat, ini semua tidak akan pernah berhasil ditemukan.

Sampai sekarang Zia belum mempercayai apa yang dikatakan Ali kepadanya waktu mereka berdua pergi ke makam ibundanya. Percakapan mereka waktu itu sangat serius sekali Ali memintanya untuk tetap berada di sampingnya, mendampinginya dalam menjalankan apa yang telah dilakukan Team Smart, ia meminta kepada Zia untuk tidak pergi setelah ini semuanya selesai.

“Zi, aku berharap kamu akan selalu berada di sisiku.”

Zia bingung menjawab pertanyaan Ali, mereka berdua tidak mengungkapkan perasaannya satu sama lain, sedangkan mereka sudah saling menyukai, Zia hanya menjawab “Aku berusaha semampuku untuk tetap berada di sisimu Li.”

“Aku menyukaimu,”Kata Ali.

Ekspresi wajah Zia terlihat diam. “Aku juga menyukaimu li.”

“Apakah kamu juga menyukaiku, seperti aku Menyukaimu,”Ali menanyakan sekali lagi.

“Iya, aku juga menyukaimu.”

Mereka berdua bersaksi di depan makam ibundanya untuk melanjutkan hidup bersama-sama setelah ini semua selesai, mereka resmi melanjutkan hubungannya bersama-sama. Zia menangis ketika mendengar Ali mengungkapkan kata-kata itu. Jika ia mengatakan mencintai Zia. Ia juga tidak menutupi hal itu. Begitu juga dengan Zia, sebelum ini semua terjadi, ia mengatakan kepada Zia, “jika cinta itu adalah kebiasaan, aku tidak pernah mempertanyakan kapan aku mulai menyukaimu. Tapi, yang aku tau setiap aku berada di dekatmu hatiku merasa teduh dan nyaman.” Zia tidak bisa berkata apa-apa dia sangat bahagia ketika mendengar Ali berbicara seperti itu. Dia percaya bahwa lelaki yang sedang bersamanya sekarang ini adalah lelaki yang penyayang dan bertanggung jawab. Lalu mereka kembali. Hari ini menjadi hal yang paling bahagia dalam hidupnya dan juga Zia, saksi yang mereka ucapkan bukanlah kata main-main, sebelumnya ia tak pernah bercerita tentang Rena di depan makam ibunya, ia benar serius ingin hidup berdua dengan Zia.

         Ia telah sampai di rumah, Petra mengatakan besok mereka tampil urutan 10, tepat pukul 3 sore. Dia sudah menerima E-mail dari perusahaan itu, lalu Petra mengajak Ali untuk bercerita, dia mengatakan kata-kata yang sama dengan Maru, Petra berpesan untuk tetap menjalankan ini semuanya, walaupun satu persatu mereka akan berpisah setelah semua ini selesai, seperti Alvin juga akan berangkat ke London, begitu juga dengan Zia melanjutkan S2 nya. Teman-teman Ali belum mengetahui jika ia dan Zia sudah resmi memiliki ikatan.

“Mengapa kamu berbicara seperti itu Pet?”

“Kamu harus tetap selalu bersamaku di sini, mengembangkan TRM.”

“Aku akan berusaha semampuku Li, tapi aku tidak bisa berjanji kepada kalian semuanya.”

Ali bingung sebenarnya apa yang terjadi dengan Petra. Ia hanya mengingatkan Petra untuk tetap fokus hanya tinggal sedikit lagi kompetisi ini akan berakhir, “lebih baik kamu istirahat aja dulu Pet, sepertinya kamu lelah sekali.” Mereka mengakhiri percakapannya, ia begitu bertanya-tanya ada apa dengan Petra sehingga membuatnya berbicara seperti itu. Ia tidak mau terlalu memikirkan perkataan Petra, ia harus menguatkan dan menyemangati Zia untuk mempresentasikan Sample mereka besok di kompetisi itu.

Ia menghubungi Alvin, ia berpikir tidak baik jika Alvin tidak mengetahui hubungannya dengan Zia, begitu juga dengan teman-teman yang lain tapi setelah ini semua selesai Ali akan mengatakannya. Ia tidak percaya diri, jika teman-teman menilainya tidak professional, jika berbicara masalah hati tidak ada kata Profesional dan juga tidak mau tau tentang apa saja yang dirasakan, begitu menurutnya, ia juga yakin bahwa hubungannya dengan Zia tidak membawa sesuatu yang buruk bagi Team Smart. Ini semuanya bisa terbuka secara transparan, dan tidak juga melanggar hal-hal yang fatal.

         Pagi telah tiba, Zia terbangun dari tidurnya, dia langsung saja menghubungi kekasih barunya itu, membangun percakapan seperti orang sedang kasmaran pada umumnya, Zia pagi ini terasa berbeda, dia merasa harinya lebih berwarna dan bisa menghabiskan waktu dengan Ali tanpa harus ada syarat-syarat tertentu, biasanya mereka hanya bertemu jika ada hal-hal penting yang di bahas, sekarang dia bisa menemui Ali kapan saja dia mau. Lalu, Zia latihan berbicara di depan kaca untuk acara sore nanti, Zia juga sudah menyiapakan beberapa hal penting yang akan disampaikannya, masalah dokumentasi itu semuanya Maru yang mempersiapkan, mereka harus memutar video percobaan waktu itu, dan juga mengajak salah satu penonton untuk mencoba alat itu nantinya saat Team Smart naik ke atas podium.

“Teman-teman, apakah kalian semua sudah bersiap-siap,”kata Alvin melalui chat grub.

“Sudah Vin,”kata Ali.

“Yang lain mana ni.”

Maru, “hadir.”

Zia, “hadir.”

“Petra siang nanti akan menyusul sendirinya, dia masih bekerja,”kata Ali.

“Baiklah kalau begitu, kita stay setelah makan siang ok.”

         Suara pintu rumah Ali terdengar, sepertinya ada yang mengetuk pintu, lalu ia membukanya. Ia sangat terkejut kakak dan ayahnya kembali bersama-sama, ia langsung memeluk mereka berdua.

Lihat selengkapnya