Kafe masih sepi seperti biasanya, tidak ada manusia yang mampir untuk sekadar membeli kopi. Yang paling banyak datang adalah para penjaga dan para sukma yang tersesat di dunia. Kalau para penjaga seperti Arafis, Saki, dan Elvy pasti membayar baik langsung maupun pay later kalau sudah gajian.
Kalau para sukma, Alice tidak terlalu berharap karena dia tahu sendiri kondisi mereka. Ada yang punya bekal dan uang saku untuk pulang ke alam baka, namun ada pula yang tidak punya apa-apa. Mereka yang model seperti itu adalah mereka yang lupa menyiapkan "simpanan" berupa perbuatan baik. Kalau sudah begitu, Alice menyuruh mereka mencuci piring di dapur.
Karena kondisi seperti itu, acap kali para penghuni kafe melakukan diskusi ringan, cemilan dan teh hangat jadi kawan diskusi bila mereka berkumpul, kali ini mereka tengah membahas Arafis yang jarang muncul. Alice, Emily, dan Kana duduk di meja bar kafe. Bangku-bangku panjang itu jadi tempat mereka mengobrol.
Tak lama kemudian, pintu kafe terbuka dan sosok pria jangkung masuk membawa tas kertas berwarna coklat. Pria yang memakai topi koboi dan jaket kulit serba hitam itu menyapa para penghuni kafe yang tengah berkerumun. Pria itu tak lain dan tak bukan adalah Arafis Ohba, sosok yang tengah mereka bicarakan.
"Hei, panjang umur kau." celoteh Alice.
"Panjang umur? Memangnya hari ini aku ulang tahun?" jawab Arafis kebingungan.
"Tidak kak, maksud kak Alice kami baru saja membicarakan kakak!" terang Emily.
"Oalah ... Kukira apa?"
"Ngomong-ngomong, tumben kau jarang kelihatan?" tanya Alice.
"Biasa, lagi ada tugas keluar makanya jarang muncul. Oh iya, aku bawakan oleh-oleh buat kalian. Beberapa kopi, teh, dan rempah-rempah dari beberapa tempat." Sodornya pada Alice.
"Wah, terima kasih. Kana, tolong bawa ini ke dapur, sama buatkan sekalian kopi untuk tamu jauh kita."
"Sekarang?" ucap Kana.