Hari ini ada pemandangan yang cukup langka di kafe Alice. Wanita anggun itu duduk di meja kafe sambil menyeruput teh. Saki Fidela sedang menulis sesuatu di laptop miliknya, bukan menulis laporan tetapi menulis pengalaman yang pernah dilalui. Saki memang dikenal sebagai penulis.
Bingkai kacamata klasiknya begitu mencolok dari semua penampilan. Rambut hitam yang dikepang dua ikat kanan dan kiri juga menjadi ciri khasnya yang mudah dikenali. Kadang dia memakai setelan baju gaun lengan panjang, kadang memakai setelan jas dan celana panjang yang selalu terlihat matching. Namun kali ini ia memakai setelan gaun yang santai.
Saat Saki tengah sibuk menulis, Kana datang membawa sepiring kentang goreng dan satu teko teh hangat pesanannya. Sudah lama para penghuni kafe mengobrol dengan Saki. Dari semua penjaga yang menginap di tempat mereka, hanya dirinya yang jarang muncul. Maka ini jadi kesempatan emas untuk mengobrol dengannya.
"Saki, bagaimana kabarmu?" tanya Kana.
"Baik." Jawabnya singkat.
"Senang rasanya bisa bertemu denganmu lagi, kira-kira kau sedang menulis apa?"
"Menulis naskah novel, Kana. Novel tentang pengalaman hidup."
"Wah, keren itu kak!"
"Sebenarnya tidak ada yang istimewa, kebetulan aku juga sedang ikut program menulis."
"Program menulis apa kak?"
"Menulis pengalaman yang sedih dan menyakitkan, Kana."
"Maksudnya?"
"Maksudnya, aku sedang memindahkan kesedihanku ke dalam tulisan. Konon cara ini cocok untuk melepas segala beban yang ada dalam batin."
"Ditulis ... Semuanya?"
"Iya, semuanya sampai batin benar-benar terasa lega."