Alice and Friends

Kyota Hamzah
Chapter #15

Hujan Di Bulan Oktober

"Tidak ada yang lebih teguh dibandingkan hujan di bulan ini. Ada rahasia tersimpan dibalik rintik-rintiknya untuk pepohonan yang berbunga. Tidak ada yang lebih bijak selain hujan bulan ini. Yang berani menghapus jejak-jejak keraguan. Tidak ada yang lebih mengerti selain hujan di bulan ini, yang tidak mampu terucap dan tersimpan dalam akar."

"Kak Saki, kau sedang membaca apa sih?"

"Oh, aku sedang membuat puisi Emi! Jadi perlu sedikit pelafalan agar punya jiwa."

"Puisi tentang apa kak?"

"Tentang hujan di bulan Oktober." jawab Saki.

"Memang ada dengan bulan Oktober? Padahal bulan ini waktunya panen bawang merah dan kentang?" pikir Emily.

"Kau akan tahu bila merasakan rintik hujannya, Emi."

"He ... He ... He ... Tapi aku takut keropos karena hujan!"

"Memang kamu kapur?"

"Aku kentang!"

"Berarti bisa dimakan dong!"

"Ah ... Aku kentang yang ditanam, bukan dimakan."

"Baiklah nona kentang, mari kita berdoa agar hujan segera berakhir dan tanaman kita tidak rusak."

"Aamiin."

***

Hujan telah tiba di bulan Oktober. Ada yang senang dengan hujan tetapi tidak dengan Emily. Seharusnya dia bisa memanen bawang merah dan kentang, tetapi karena hujan semua harus ditunda. Padahal bawang merah termasuk tanaman yang sangat sensitif dengan air. Emily sudah siap memanen tetapi langit menundanya. Tiga jam terasa membosankan bagi bocah perempuan itu.

"Ini sangat membosankan!" ujar Emily kepada Wak Wak.

"Ya mau bagaimana lagi, tidak ada yang menyangka kalau hujan lebih dulu bangun daripada kita."

"Aku takut kentang dan bawang merahku rusak!"

"Bukannya kalau kentang dan bawang itu ada di bawah tanah?"

"Kalau di kebun asli sih aman, tetapi ini di atas atap gedung."

"Benar juga."

"Oh iya, Kweki kemana?"

"Kau bisa lihat di depan kafe!" tunjuk Wak Wak ke jendela.

Kweki menikmati rintik hujan yang turun dari langit. Dia bermain-main dengan genangan yang ada di pedestrian depan kafe. Raut wajahnya tampak gembira dengan kedatangan hujan. Menikmati langsung tanpa ada penghalang seperti payung maupun jas hujan.

"Tumben Kweki begitu girang dengan hujan?" tanya Emily.

"Dia begitu senang karena ingat dengan kampung halamannya." jawab Wak Wak.

"Ingat dengan kampung halaman?"

"Iya, dulu saat kami tinggal di hutan, Kweki sangat suka bermain-main di air terjun dan hujan tropis. Tetapi semenjak manusia membabat hutan dan dijadikan pemukiman elit, Kweki tidak bisa menikmati rintik air terjun. Satu-satunya yang bisa dirasakan tinggal air hujan yang tidak bisa dibeli oleh manusia."

"Kalau kau Wak Wak?"

"Kalau aku tinggal di muara sungai."

"Hem ... "

Lihat selengkapnya