Siang ini ada dua orang asing datang ke kafe Alice. Emily yang kebetulan berjaga di meja bar dihampiri oleh seorang gadis berambut pirang pendek dan seorang pemuda berambut cokelat. Keduanya membawa koper layaknya hendak menginap.
"Selamat siang, apa benar ini penginapan Alice?" sapa si gadis.
"Benar kak, ada yang bisa dibantu?" tanya Emily.
"Eh ... Begini, kira-kira adakah kamar yang kosong untuk kami tempati?"
"Kamar kosong? Sebentar aku tanyakan ke kakakku dulu ya nona."
"Terima kasih adik kecil."
"Sebentar ya."
Emily turun dari kursi tingginya dan berlari mencari Alice. Belum sampai bertemu dengan Alice, Kana bertanya kepada Emily mengapa dia terburu-buru. "Ada apa Emi, kok kamu kelihatan tergesa-gesa sekali?"
"Ada tamu kak, katanya mereka mau menginap di sini."
"Benarkah? Kenapa kau tinggal orangnya?"
"Kan lagi nyari kak Alice! Oh iya kak, bisa bantu temani mereka berdua?"
"Tentu saja bisa."
Kana pun ke depan untuk menemui tamu mereka. Baru kali ini ada pengunjung yang memesan kamar. Tetapi ada yang aneh dari mereka berdua, mereka tidak seperti orang mati yang biasa mampir ke kafe. getaran mereka seperti orang hidup dan tidak terlalu pucat.
Kalau pun mereka manusia, seharusnya mereka tidak bisa melihat tempat ini kecuali mereka sendiri yang memperlihatkan diri. Untuk menjawab kebimbangannya, Kana memberanikan diri bertanya kepada dua tamunya. Kana memberi salam perkenalan dan menanyakan keperluan mereka.
"Ada yang bisa anda bantu?" sapa Kana.
"Yang bisa kami bantu? Apa tidak terbalik?" pikir si gadis berambut pirang.
"Ya ampun, maaf ... Maksudku apa ada yang bisa kami bantu?"
"Oh begini, kami mau menyewa tempat di sini kak."
"Menyewa tempat? Oh tentu, kalau boleh tahu apa ada KTM atau sejenisnya?"
"KTM? Maksudmu kartu pengenal seperti apa? Kartu penduduk?"
"KTM itu Kartu Tanda Meninggal kak. Jadi kakak-kakak ini tidak tahu?"
"Kami belum meninggal kak!"