Alice

Laurenzo Jordan Santana
Chapter #1

The Wave

Apakah kalian pernah bertanya-tanya apa sih peranku di dunia ini? Siapa sih aku sebenarnya? Mengapa sih aku lahir? Bagaimana aku bisa berdampak?

Jika pernah berarti kita memiliki kesamaan.

Cahaya matahari yang membangunkanku mulai menyinari seluruh kamarku. Hari sudah menunjukkan pagi hari dan itu artinya aku harus bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Disepanjang perjalanan menuju ke sekolah aku memikirkan bahwa SMA merupakan masa-masa dimana kita mengalami perubahan karakter dan membentuk jati diri kita kedepannya. Dimana seorang anak-anak sudah mulai tumbuh dewasa menjadi sosok mereka yang sesungguhnya dan mulai mencari dan mengetahui jati diri mereka serta mengerti peran kita di dunia ini.

Namaku Alice dan bisa dibilang aku seseorang yang begitu membosankan. Aku seorang siswi di SMA Cahaya, dimana mereka memiliki visi untuk membuat semua muridnya bercahaya dimanapun mereka berada. Dan visi dari sekolah itu bukanlah diriku, aku adalah orang yang bisa dibilang sangat standar. Aku bukanlah murid yang berprestasi tetapi juga bukan murid yang bermasalah, aku bukan murid yang memiliki talenta di musik, olahraga, maupun kegiatan aktivitas ekstrakulikuler lainnya. Semua yang kulakukan memiliki nilai yang standar atau average di kalangan semua orang. Aku bukanlah anak yang populer tapi aku juga bukan anak yang kolot. Aku berteman dengan siapa saja tetapi juga bisa dibilang tidak berteman dengan siapa pun. Karena dimata mereka aku adalah hanya seorang penambah dan bukan orang penting di kelompok-kelompok mereka. Jadi bisa dibilang arti kata teman dalam hidupku hanyalah sebatas kata-kata yang tidak memiliki arti penting. Kata unik atau spesial tidak ada dalam kamus hidupku.

Hari-hariku berjalan setiap harinya serasa sama saja, tanpa ada perubahan dan aku pun tidak menginginkan perubahan. Aku mengerti bahwa setiap manusia diciptakan berbeda satu sama lain dan memiliki peran masing-masing. Dan aku adalah salah seorang yang dibuat untuk tidak memiliki peran apa-apa di dunia ini. Aku diciptakan hanya untuk

"ADA".

Hari ini merupakan acara pesta perpisahan untuk kami anak kelas 3. Pesta ini akan diadakan di hall sekolah, acara ini akan berlangsung dari pulang sekolah hingga tengah malam nanti. Hari ini mungkin spesial untuk anak-anak kelas 3 SMA Cahaya, tapi aku tidak merasakan apa-apa. 3 tahun sudah berlalu sejak aku masuk SMA Cahaya ini, tapi aku masih belum menemukan jati diri dan karakter diriku seperti apa. Sehingga aku masih belum mengetahui peran apa yang aku punya. Hari ini adalah hari terakhir aku berada di SMA Cahaya ini dan aku tidak tahu apakah aku dapat menemukan siapakah aku sebenarnya?

Kujalani hariku seperti biasa di sekolah hingga akhirnya bel pulang sekolah pun telah berbunyi, menunjukkan bahwa hari terakhir kami di ruang kelas ini sudah berakhir. Suasana kelas pun begitu ramai, semua anak bersorak dan mengeluarkan ekspresi kebahagiaan di setiap mata mereka. Ada anak yang keluar dari kelas dan ada juga yang tetap berada di dalam kelas dan berkumpul dalam kelompok mereka masing-masing. Setiap kelompok membicarakan hal yang sama yaitu "Pesta Perpisahan" yang akan berlangsung sore nanti. Di perjalananku keluar kelas seorang gadis memanggilku, dia adalah Rebecca. Rebecca adalah cewek terpopuler di SMA Cahaya ini. Rebecca sambil tersenyum berkata

"Alice nanti kamu ikut kan acara perpisahan? Jangan sampai ga ikut ya. Soalnya aku salah satu panitianya juga".

Aku dengan sambil tersenyum balik kepadanya menjawab " Iya, tenang aja aku pasti ikut kok. Apalagi salah satu panitianya idola kampus kita".

"Hahaha, bisa aja kamu lice, dandan yang cantik ya".

"oke, siap princess SMA Cahaya".

Rebecca merupakan sosok yang bisa dibilang sempurna dan mencermikan visi SMA Cahaya ini. Dia cewek yang berprestasi dibidang akademik maupun non akademik. Dia dekat dengan semua siswa maupun guru di SMA Cahaya ini. Dia gadis yang periang, baik hati, cantik, dan tidak sombong. Sebutan dia di SMA Cahaya ini adalah Princess SMA Cahaya. Mungkin satu-satunya yang bisa menandingi kesempurnaan Rebecca adalah Adam.

Adam

Adam bisa dibilang sama dengan Rebecca. Perbedaan mereka hanyalah Adam cowok dan Rebecca cewek dan sekarang dia sedang menungguku di depan gerbang sekolah dengan badan serta wajahnya yang bisa dibilang sempurna. Mulai dari ujung rambut hingga kaki aku bisa melihat kenapa Adam dibilang sebagai idola sekolah. Rambut hitamnya, sorot mata yang tajam, serta hidung mancungnya menunjukkan tipe wajah yang tanpa kelemahan. Badannya pun bisa dibilang proporsional untuk seorang cowok.

"Lice, ayo pulang kita harus buru-buru siap-siap nih" Teriak Adam ke arahku yang sedang berjalan menuju ke gerbang sekolah.

"Oke-oke, sabar acaranya ga bakal mulai tanpa kamu kok Prince SMA Cahaya"

"Prince-prince emang ini negeri dongeng ada pangeran-pangeran, gua kan paling ga suka sebutan itu. Terlalu berlebihan buatku." Jawab Adam dengan nada kesal ke arah ku.

Lihat selengkapnya