Aku kembali. Aku datang untuk membalas apa yang terjadi pada ibuku di masa lalu. Kalian harus membayar penghinaan itu. Mungkin kalian sudah lupa dengan apa yang terjadi. Tapi tidak denganku. Aku tidak lupa.
Aku dan Kak Lam akan membuat kalian ketakutan. Aku akan menghantui setiap langkah dan tak akan satu detik kalian tenang.
***
14 tahun kemudian, di desa itu.
Suasana malam yang begitu tenang seketika buyar. Suara teriakan minta tolong terus dikeluarkan sepasang suami istri. Pak Lamdi, sang pemilik rumah meminta tolong karena rumahnya terbakar. Api terlihat berkobar di ruang tamu. Banyak warga yang langsung datang dan membantu memadamkan api.
Setelah api itu berhadil padam, Bu Dahayu yang tak lain istri dari Lamdi hanya bisa tertunduk dan lemas. Tak disangka jika rumahnya kembali terkena teror aneh. Lamdi sendiri langsung meminta agar sang istri bisa ditenangkan.
“Maaf Pak Lamdi, apa tidak sebaiknya tidak periksa kondisi jaringan listriknya? Takutnya ada yang salah.” Salah seorang warga memberi saran. Lamdi terdiam. Dia tak bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Api yang muncul di rumahnya bukanlah karena listrik atau kelalaian.
“Gak ada salahnya Pak. Coba cek dulu. Kali ini kan kebakarannya juga dekat sambungan listrik.” Seorang pemuda yang bernama Hidayat langsung mendekat dan menyarankan hal yang sama. Terlihat ada sesuatu yang tidak beres dari wajah Lamdi dan Tegar, sang anak.
“Apa iya?”
“Gak ada salahnya kan? Mas Tegar coba minta tolong yang ngerti.” Tegar sendiri meyakinkan Lamdi agar mau untuk melakukan hal tersebut. Lamdi akhirnya mengiyakan. Untungnya ada orang dari pihak PLN yang saat itu lewat. Tanpa basa-basi, mereka meminta tolong agar aliran listrik di rumah mereka dicek.
Setelah sekian lama, petugas itu tak mendapati hal yang aneh. Semuanya dalam kondisi normal.
“Kondisi listrik di rumah Bapak aman. Gak ada masalah.” Sontak beberapa orang yang ada di tempat itu hanya terdiam dan kebingungan. Kenapa rumah ini beberapa kali muncul api? Sumbernya tidak jelas lagi?
“Mas Hidayat, ini bukan yang pertama kali. Sudah lima kali kami mengalami kebakaran seperti ini, dan kali ini yang paling besar.” Apa yang disampaikan Tegar membuat Hidayat dan temannya, Alif kebingungan.
“Maaf, apa tidak ada sumber api di dekat…”
“Gak ada Mas Alif. Maaf saya potong. Tapi, memang kejadiannya seperti itu.” Lamdi sendiri mengajak Alif masuk. Ditunjukkannya beberapa tempat dan barang yang terlihat hangus.
“Gorden ini Mas. Bisa Sampeyan lihat sendiri. Ini gosong dari bawah. Padahal, waktu kebakaran kami gak naruh apa-apa. Aliran listrik juga tidak lewat sini.” Alif sendiri melihat semua barang yang hangus itu hanya bisa tertegun. Apakah benar jika mereka dapat teror mistis?
“Sudah lima kali dan semuanya selalu seperti ini?”
“Iya Mas. Tanya anak sama istri saya! Pak Santoso juga pernah menyaksikan sendiri.” Santoso yang juga sedang berada di sini juga membenarkan. Bahkan lelaki itu ikut menambahi apa yang pernah dia lihat.
“Begitu Mas. Ini kejadiannya gak masuk akal banget. Ada hal mistis gitu.” Mereka tertegun dengan apa yang baru mereka ketahui.
“Apa ada hubungannya dengan yang terjadi di rumah Pak Seno?” Alif sendiri langsung bertanya. Mereka hanya bisa menjawab tak mengerti. Hanya saja, rumah Seno baru satu kali dapat teror semacam ini.