“Siapa yang bertanggung jawab atas kematian ibuku? Ibuku mati dan aku diusir.” Suaranya meracau tak karuan. Tapi, apa yang baru saja dikatakan anak itu berhasil membuat semua orang yang ada terdiam.
“Mas, dia anak bungsu dari perempuan yang namanya Kasih. Saya dengar matinya gak wajar.” Salah seorang warga langsung mengatakan hal tersebut pada Alif. Mim sendiri akhirnya pergi setelah dibujuk untuk menghentikkan apa yang pagi ini dia lakukan. Dia terus meracau tak karuan. Beberapa warga yang melihat anak itu tak ada yang berani mengganggunya.
Salah seorang diantara warga tanpa sengaja mengeluarkan kata yang tidak pantas terkait Kasih. Sontak saja, Mim langsung marah dan mengejar orang tersebut. Tanpa disangka, walaupun dia cacat, secepat kilat dia berhasil membuat orang itu tak bisa bergerak. Salah satu kakinya langsung dipegang oleh Mim dan dibuat terluka. Cengkraman Mim tak bisa dianggap remeh.
“Mim, cukup Mim! Jangan seperti ini!”
Mim sama sekali tak peduli. Dia terus membuat orang itu kesakitan dan berteriak. Satu kampung geger dengan apa yang anak itu lakukan pagi ini. Mim sendiri terus begitu sampai ada seorang pemuda yang menghentikan apa yang dia lakukan.
“Mim, hentikkan Mim!”
Suara itu berhasil membuat Mim menghentikan aksinya. Mim berhenti bukan berarti dia bebas membuat orang yang menghina sang ibu bebas begitu saja. Lelaki yang baru saja menghentikan Mim tak lain adalah kakaknya, Lam.
Lam sendiri meminta agar sang adik mau melepaskan lelaki itu. Tanpa jawaban, tubuh itu langsung dibanting oleh Mim. Semuanya terkejut dengan kekuatan dari anak ini. Lam sendiri langsung membawa sang adik untuk pergi ke sebuah tempat. Tempat itu yang selama ini membuat mereka, terutama Mim sedikit lebih tenang.
Warga akhirnya membubarkan diri. Alif sendiri dengan nyali yang begitu besar mengikuti mereka diam-diam. Terlihat kedua orang itu berhenti di sebuah makam. Lokasinya begitu tersembunyi. Mereka terlihat sedang berbincang walaupun Alif tak mengerti mereka membicarakan apa. Jelas sekali jika Mim bisa merespon pertanyaan itu cukup baik. Hal itu membuat pikiran Alif bertanya-tanya, apakah memang benar jika Mim gila? Atau, dia hanya akting saja?
Sedangkan, Lam sendiri tengah menasehati sang adik. Dia tak boleh seperti itu. Mim sendiri membela diri. Semua karena mereka.
“Kak Lam, kau masih ingat semua yang terhjadi pada ibu kan? Semuanya karena mereka.”
“Mim, serahkan semuanya padaku! Aku yang akan membalas semua yang ibu kita alami, termasyuk soal apa yang ayah kita lakukan.”
Mim sendiri memperhatikan sekitar. Dia merasa jika ada seseorang yang dari tadi mengawasi mereka. Lam sendiri bingung dengan Mim yang celingak-celinguk. Apa yang dia cari?
“Siapa di sana? Aku tau ada orang di sana? Muncul! Atau kau akan dapat konsekuensi akibat perbuatanmu.” Lam sendiri terkejut dengan apa yang baru Mim katakan. Kuat sekali kepekaannya.
Alif sendiri mau tak mau langsung keluar dan menatap kedua pemuda itu. Lam sendiri tampak tak menyukai sosok itu. Dia lagi.