Kondisi yang seperti ini, bukan penghalang untuk membalas perbuatan mereka. Jika mereka dengan mudahnya mengusir kami dengan keadaan yang begitu memprihatinkan, aku juga bisa membalas perbuatan itu dengan cara yang lebih sakit dari kami.
***
Wanita itu tiba-tiba menghilang. Hilang begitu saja. Tak ada jejak apapun, selain rumah yang begitu berantakan. Satu orang menemani Lesti masih takut. Ibu-ibu yang lain memilih membantu para asisten untuk merapikan perabot yang berceceran.
Salah seorang asisten menelpon Hisyam dan melaporkan apa yang terjadi pada Lesti. Hisyam sendiri yang saat itu masih di rumah Lamdi sontak terkejut. Dia tak berpikir panjang, langsung meninggalkan tempat itu. Dia mendapati Lesti sedang menangis dan ditemani oleh beberapa orang perempuan.
“Ya Allah, ini kenapa lagi?”
“Pak Hisyam, kondisi istrinya belum begitu pulih. Kenapa bisa dia keluar tanpa ada yang menemani?” Hisyam sendiri tak menjawab. Dia sendiri justru bingung dengan apa yang terjadi dengan semua ini.
“Sayang, kenapa kau keluar? Bukankah kemarin aku sudah melarangmu kemanapun?”
“Maaf. Aku sebenarnya hanya ingin melihat suasana luar rumah saja. Tapi, malah kejadian seperti ini.” Hisyam sendiri tak bisa berbuat apapun. Salah seorang perempuan langsung bercerita terkait kejadian yang Lesti alami.
“Kondisi kakinya Bu Lesti mirip seperti kondisi kaki Bu Dahayu. Tadi juga ada sosok mirip Mbak Kasih datang ke tempat ini.”
“Mim, Lam.” Nama itu kembali disebut oleh Lesti. Hisyam sendiri tampak meneteskan air mata. Mendengar nama itu, dia selalu ingat kejadian saat itu.
“Aku sudah berbuat dosa pada mereka. Aku membiarkan mereka hidup di luar sana dan gak tau siapa yang merawatnya. Sepertinya, mereka berdua jatuh ke tangan yang salah.” Hisyam sendiri langsung menangis. Dia hanya bisa menangis dan tak tau apa yang bisa dia lakukan.
“Apa tidak ada cara menghentikan semua ini? Aku yakin ada. Aku sebenarnya sama sekali tak percaya dengan kondisi mereka saat ini.”
“Maksud Ibu? Mereka pura-pura?”
“Aku tidak bisa menuduh. Tapi, kalo misalnya mereka datang untuk membalaskan semua ini, pasti ada seseorang yang ada di belakang mereka. Yang sekarang kita cari, siapa yang orang tersebut.” Mereka semua terdiam. Apa yang baru saja dikatakan Bu RW ada benarnya.
“Ya sudah, aku pamit dulu. Sekalian mau manggilkan tukang pijat untuk Bu Lesti.” Mereka terdiam dan hanya membiarkan salah seorang diantara mereka pergi.
Perempuan itu tak sengaja bertmu dengan Lam dan Mim. Sepertinya, mereka baru dari sebuah tempat. Ingin rasanya menyapa, tapi niat itu dia urungkan. Dia tak mau jika dirinya mendapatkan hal yang dialami Dahayu dan Lesti.
Tak lama, beberapa buah batu menyasar dirinya. Perempuan itu menoleh dan nampak Mim yang mengarahkan batu itu padanya. Wanita itu hanya bisa memohon agar bocah itu tak lagi berbuat hal yang seperti itu.
Lam sendiri menghentikan aksi sang adik. Wanita itu langsung lari dan tak ingin ada masalah denga kedua anak itu. Kedua anak aneh yang beberapa hari terakhir berhasil membuat desa itu ketakutan.