Alif Lam Mim

Zainur Rifky
Chapter #12

Tolong!

Di tempat lain.

Alif sendiri berada di sebuah rumah dengan arsitektur bergaya Belanda. Dia sedang bersama seorang perempuan setengah baya dan lelaki yang usianya masih cukup muda. Mereka tak lain adalah Nyai Rofi dan putranya, Umar. Tampak jika pagi itu mereka berbincang begitu hangat. Sesekali, canda menghiasi obrolan mereka.

“Mas Alif, maaf sebelumnya. Boleh saya tau apa yang membawamu datang ke rumah ini? Apakah hanya murni silaturahmi? Atau, ingin meminta bantuan? Saya lihat ada hal yang kau sembunyikan sejak tadi.” Alif sendiri terdiam dengan pertanyaan itu. Pertanyaan yang akhirnya membuat dia harus bercerita terkait kondisi yang menimpa desa tempat dia tinggal.

Nyai Rofi dan Umar hanya terdiam mendengar semua yang Alif ceritakan. Kejadian demi kejadian aneh membyuat mereka terkejut. Nyai Rofi sendiri menyimpan sebuah rahasia dan membuat dia teringat akan dua orang anak beberapa tahun yang lalu. Bukan hanya tentang kedua anak itu, tapi juga orang tuanya Dia mengerti terkait apa yang terjadi di desa itu.

“Maaf Nak Alif, tapi mendengar apa yang kau ceritakan, kenapa aku merasa tidak aneh dengan nama yang kau sebutkan?”

“Nama? Maksud Ummi, nama yang mana?” Alif dan Umar tampak bingung dengan apa yang dipikirkan oleh wanita itu.

“Mim. Apakah dia cacat? Dia anaknya Wicaksono?”

“Dia memang cacat Ummi. Masalah orang tuanya saya kurang tau.”

“Sebentar, kau tadi menyebut wanita yang bernama Kasih. Apakah anak itu ada hubungannya dengan nama itu?”

“Kalo kata warga sekitar dia anak dari perempuan itu.”

Apa yang baru Alif jawab membuat perempuan itu tak mampu berjata apapun. Tampak tetesan air mata membasahi pipinya. Umar sendiri yang melihat hal tersebut langsung menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.

“Kasih. Yang aku tau dia adalah perempuan baik-baik. Hanya saja, dia mendapatkan seorang suami yang sama sekali tidak bertanggung jawab.” Cerita itu langsung mengalir dari perempuan itu.

Pelita Kasih, seorang wanita yang berasal dari keluarga yang hidup sederhana. Kehidupan yang keras membuat dirinya menjadi seorang wanita yang mandiri dan pekerja keras. Kecerdasan yang dia miliki ternyata tidak membuatnya bisa mendapatkan pendidikan yang lebih layak. Kasih sebenarnya ingin sekali menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Tapi, kedua orang tuanya tidak menyetujuinya. Mereka menganggap jika seorang perempuan tugasnya hanya di dapur.

Kecantikan yang dia miliki membuat banyak orang berusaha menjadikan dia sebagai istrinya. Wicaksono saat itu entah menggunakan hal apa sehingga ayah dari Kasih langsung setuju untuk menikahkan Kasih dengan lelaki itu.

“Yang saya tau, Wicaksono sebenarnya lelaki baik. Hanya saja, gak tau kenapa dia kecanduan judi.”

“Kecanduan judi?”

“Iya Nak Alif. Dia sudah banyak menelan kekalahan dari sekian banyak permainan itu.” Alif tertegun mendengar semua penuturan dari wanita itu. Entah kenapa, pikirannya terbayang ke Lam dan Mim. Dua orang anak yang nasibnya entah seperti apa. Sang ayah kecanduan judi hingga hartanya habis.

“Baiklah. Insya Allah beberapa hari aku akan mendatangi tempatmu. Saya juga mau tau terkait sosok kedua anak yang baru Ummi ceritakan.”

“Hati-hati Umar! Mendengar apa yang baru Alif ceritakan, aku rasa ada sesuatu yang membuat mnereka menjadi seperti itu.”

“Maksud Ummi?”

“Yang aku tau, anak itu punya mustika. Jenis apa itu yang aku tidak tau. Mustika itu punya kekuatan yang berbahaya, apalagi jika yang memegang adalah orang yang belum memiliki kontrol yang begitu baik.” Umar sendiri hanya mengiyakan apa yang baru saja dikatakan oleh Nyai Rofi. Apa yang baru dipesankan oleh sang ibu akan sangat berguna untuk menghadapi semua ini.

“Satu lagi yang harus kalian tau, Lam memang kelihatan kalem. Tapi dia berbahaya. Sama seperti Mim. Dia ada senjata yang aku sendiri kurang tau jenis apa.”

Lihat selengkapnya