Alif Lam Mim

Zainur Rifky
Chapter #14

Kau pembunuh.

Alif seketika teringat. Panti Asuhan Bintang Gemilang. Bisakah mereka ke tempat itu terlebih dahulu? Apakah ada sesuatu yang bisa mereka dapat terkait Lam dan Mim? Mungkin saja ada sesuatu. Dia sendiri yakin jika semua ini ada hubungannya dengan mereka.

“Bisakah kita ke Panti Asuhan itu?” Umar sendiri terdiam dengan usulan Alif. Entah apa yang bisa dia perbuat. Dia sendiri tau jika rumah yang pernah ditinggali puluhan anak yang tak berdosa kali ini sama sekali tak terawat.

“Kau yakin mau mengajakku ke tempat itu? Tempat itu sekarang tak ubahnya seperti gudang. Gak ada hal lain.”

“Mungkin aja ada sesuatu yang bisa kita dapatkan. Yang aku dengar, yang punya panti asuhan itu masih hidup.”

“Alif, kau salah. Orang otu sudah meninggal. Yang tersisa hanyalah keluarganya.”

“Gus, maksudku keluarganya. Mungkin saja kita bisa mengulik sesuatu yang ada.” Umar sendiri menatap Hidayat dan mengisyaratkan untuk meminta pendapat. Hidayat sendiri berpikir ada benarnya apa yang Alif usulkan.

“Jika aku mengingat kisah kedua anak itu, penuh air mata. Sepertinya, mereka diperlakuka tidak adil.”

“Diperlakukan tidak adil? Maksudnya?”

“Aku pernah mendengar cerita, jika ada anak yang diberi gelar semacam anak emas. Ada anak yang diistimewakan. Dan Mim itu menderita HIV. Kalian tau sendiri bagaimana stigma terkait pengidap HIV kan?” Mereka hanya mengiyakan. Tak lama, adzan berkumandang. Mereka sholat dan beristirahat sejenak.

Tak lama, ada sesuatu yang mengganggu ketenangan warga desa. Sebuah teriakan dari perempuan langsung memecah keheningan siang itu. Perempuan itu tak lain adalah Lesti. Dia ingin sekali berlari dengan begitu kencangnya, tapi kakinya dicekal oleh Mim.

“Mim, jangan seperti ini! Jangan begini! Tolong! Lepaskan aku Mim!” Suara itu menggema dan mengundang warga untuk mendekat. Tak ada seorang yang berani mendekat. Mim kali terlihat begitu marah terhadap wanita itu. Warga takut jika mereka mendekat akan berakibat fatal.

“Pembunuh.”

“Aku bukan pembunuh. Aku tidak membunuh siapapun. Aku pembunuh Nak. Siapa yang kau maksud pembunuh?”

“Dasar pembunuh. Anakmu sendiri dengan tega kau bunuh, demi menyingkirkan keluargaku.”

“Aku bukan pembunuh. Aku tidak pernah membunuh.” Lesti hanya bisa menangis dan memkinta pertolongan. Dia ketakutan dengan amarah dari anak ini.

“Mim, kenapa kau marah seperti ini?” Umar mendekat dan langsung menanyakan secara baik-baik. Mim sendiri hanya menggerang dan memendam amarah. Dia lagi dia lagi.

“Jangan ikut campur! Kau tidak tau apa-apa terkait semua ini.”

“Mim, aku memang tidak tau apa yang menimpa kalian. Tapi, apa tidak bisa jika masalah yang terjadi diantara kalian berdua diselesaikan secara baik-baik?”

Lihat selengkapnya