Alif Lam Mim

Zainur Rifky
Chapter #21

Perempuan tebusan.

Jauh dari tempat Umar dan Alif. Sosok wanita yang selama ini membuat hidup Kasih hancur harus kembali menerima kenyataan pahit. Wicaksono yang masih belum berhenti berjudi kembali menelan kekalahan yang begitu besar. Entah kapan kapoknya lelaki itu. Sejak lama, jarang ada kemenangan yang bisa dia dapatkan. Apalagi, sejak dia memutuskan meninggalkan Kasih dan membuat seluruh keluarga perempuan itu menjadi jaminan dari semua hutangnya.

Suara tawa langsung terdengar dari seorang lelaki yang selama ini menuntut balas atas apa yang pernah dilakukan Darti. Sudah lama dia menginginkan perempuan itu. Berkat kekalahan Wicaksoni kali ini, dia bisa menghinakan perempuan itu dengan leluasa.

“Untungnya Fajar memberitahuku masalah ini. Jadi aku bisa leluasa menikmati waktuku bersama seorang pelacur kelas atas.” Lelaki itu menatap Wicaksono yang masih tampak bersalah dengan semua ini. Ingin sekali lelaki itu memohon agar tidak melakukan apapun pada Darti.

“Aku mohon, jangan lakukan itu!”

“Kau mencintainya?”

“Aku sangat mencintainya.”

“Sayangnya aku meragukan omonganmu. Jika kamu benar-benar mencintai perempuan itu, pasti kau akan menikahinya. Tapi, kau hanya menjadikan dia simpanan kan?” Dia tertawa. “Wicaksono, perempuan yang kau nikahi saja bisa kau perlakukan seperti itu, apalagi dia yang hanya menjadi simpananmu. Kau harusnya bisa dong menjadikan dia sebagai penebus semua hutang-hutangmu.”

Wicaksono hanya bisa menangis. Dia terus menangis. Ditambah lagi, dia harus melihat Darti diseret layaknya hewan. Dia diperlakukan justru lebih tidak manusiawi daripada hewan. Darti menjerit dan memohon agar dia tidak lagi diperlakukan seperti binatang. Dia hanya bisa menangis. Tapi, semua yang dia pinta hanya sekedar angin lalu. Lam terus memperlakukannya dengan begitu menyakitkan.

“Lam.” Mereka hanya memohon agar semua ini bisa dihentikan. Lam melotot ke arah kedua orang itu. Selama Wicaksono belum bisa melunasi semua hutang-hutangnya, selama itu pula Darti akan mendapatan perlakuan seperti itu. Jika keberadaannya belum cukup, dia akan pergi dan mengambil paksa teman-temannya untuk ikut menebus semua hutang itu.

“Biarkan aku yang menebus semua hutangku Nak! Ini semua hutang atas namaku, bukan atas nama Darti.”

“Bagaimana dengan hutangmu pada keluarga Ibu? Kau rela menyita tanah satu-satunya yang mereka punya. Bahkan kau juga menggadai kesucian adik-adiknya. Kau lupa?” Wicaksono terdiam dan menangis. Hutang itu, bagaimana dia bisa membayar lunas semuanya?

“Lam, apa yang harus aku lakukan?”

“Pak Arnold, silahkan! Anda bebas mau apakan perempuan ini. Dia jadi penebus semua hutang lelaki ini.” Lelaki yang bernama Arnold itu langsung mendekati dan membawa perempuan itu masuk ke sebuah ruangan. Darti sendiri meronta dan tak mau kesucian dirinya menjadi taruhan atas apa yang pernah dilakukan oleh lelaki yang selama ini hidup tanpa status dengannya.

“Jangan!”

“Diam wanita ja***g! Kau bisa sombong saat aku datang baik-baik untuk melamarmu. Tapi sekarang, kau tak lebih dari wanita yang dijual di lokalisasi. Kau hanya perempuan yang tak ada harganya.” Darti hanya bisa menangis saat lelaki itu perlahan mengambil mahkota kehormatannya sebagai perempuan. Lelaki yanbg dulu pernah dia tolak mentah-mentah cintanya, kali ini justru yang mengambil kesuciannya. Lelaki yang dia cintai dan dia lakukan berbagai cara untuk mendapatkannya, kali ini justru yang jadi penyebab atas semua yang terjadi.

Wicaksono mendekati sang putra. Mengingat semua yang dia pernah lakukan pada Kasih dan mereka berdua, ingin rasanya menebus semua kesalahan itu. Lam sendiri tak banyak merespon dengan apa yang lelaki itu lakukan. Yang jelas, dia ingin membuat hidup lelaki itu penuh penderitaan dan air mata, sama seperti yang dia lakukan pada dirinya dan orang yang dia sayangi.

Di rumah Dahayu.

Mim membawa paksa seorang wanita yang masih cukup belia. Perempuan yang masih berusia belasan tahun tersebut dengan kasarnya dia seret ke tempat sang ayah kini berada. Perempuan itu memohon agar dia tidak dipaksa melakukan sesuatu yang sama sekali tidak dia inginkan.

“Jangan!”

“Jika orang tuamu tidak mau menebus apa yang pernah mereka lakukan di masa lalu, kau yang harus menebusnya.”

“Jangan! Tolong lepaskan aku!” Mim sendiri tak ingin mendengar semua permintaan dari perempuan yang dia bawa. Bagaimana caranya kali ini, keluarga itu harus menebus segala kesalahan yang pernah dilakukan oleh kedua orang tuanya.

“Mim, lepaskan anakku! Kau mau membawa dia kemana?” Dahayu sendiri yang melihat sang putri dibawa Mim langsung mendekat dan mencegah agar dia tak jadi dibawa. Mim sendiri langsung mendorong perempuan itu dengan begitu kasarnya.

Lihat selengkapnya