Aku sama sekali tak menyangka jika perjalanan yang aku lakukan bersama Gus Umar Bagai membuka kotak pandora. Baru memulai saja sudah banyak rahasia terkait sosok perempuan yang bernama Kasih.
Lalu, seberapa banyak rahasia yang akan terbongar? Apa hubungannya dengan orang-orang itu? Kenapa kedua anak itu getol membuat mereka menderita? Aku yakin jika mereka pasti memiliki alasan di balik kejadian yang tengah dialami oleh warga yang ada di tempat ini.
***
Dalam perjalanan, ada kejadian lagi yang begitu menggemparkan. Seorang lelaki yang usianya tak jauh dari Alif tiba-tiba mengalami kesurupan. Dia berteriak dan berperilaku layaknya orang gila.
“Mas Juna, apa yang terjadi?”
Lelaki yang bernama Juna itu hanya bisa berteriak dan sesekali tertawa. Melihat kehadiran Alif di tempat ini, dia hanya tertawa dan terlihat begitu meremehkan.
“Kau, mau apa kau kesini? Kau mau menolong desa ini? Tak akan bisa. Tak akan bisa. Mereka harus bertanggung jawab atas kematian dari seorang perempuan.” Suara lelaki itu sontak membuat semua orang terhenyak. Buikan hanya dari apa yang dia katakan, tapi juga suara itu bukanlah suara asli dari Juna. Suaranya seperti suara seorang wanita.
“Juna.”
“Maaf, dia bukanlah Juna. Yang kita hadapi sekarang adalah makhluk yang merasuki lelaki ini.” Seorang wanita hanya bisa menangis melihat sang putra dengan kondisi seperti ini.
Alif langsung mendekat dan berbicara dengan sosok yang sedang berada di tubuh lelaki itu. Sosok itu hanya tertawa mendengar apa yang baru Alif katakan.
“Masih kecil sudah banyak tingkah. Kau hanya anak ingusan bagi diriku.”
“Maaf, aku memang masih belia. Ilmu yang aku miliki belum cukup. Tapi, jika kau tidak keberatan, kenapa kau mengganggu desa ini?”
“Aku tidak mengganggu desa ini. Mereka yang pertama kali berbuat onar dan mengganggu seorang perempuan yang bernama Kasih. Mereka harus bertanggung jawab atas apa yang terlah mereka perbuat.”
“Apa yang harus mereka lakukan?”
“Mereka harus merasakan apa yang dia rasakan.” Tak lama, lelaki itu langsung pingsan. Beberapa warga langsung memindahkan tubuh itu ke tempat yang lebih aman. Tak butuh waktu lama, dia akhirnya sadar. Juna tampak sedang kebingungan dengan berkumpulnya banyak orang di sekelilingnya.
“Ada apa ini? Kenapa semua ada di sini?”
“Mas, Sampeyan tau apa yang barusan terjadi?”
“Apa? Aku tidak sedang apa-apa. Aku hanya terdiam dan memandang langit.”
“Maaf kalo pertanyaan saya lancang. Sampeyan punya masalah atau apa yang mengganggu pikiran?” Lelaki itu terdiam beberapa saat sebelum akhirnya menangis. Dia mau tidak mau langsung bercerita tentang apa yang terjadi siang tadi. Pelecehan yang Airin alami membuat dia begitu sakit hati sekaligus ketakutan.
“Aku sejak lama menaruh hati pada Airin. Tapi, aku tadi melihat tadi dia dibawa paksa oleh Mim. Dia mendapatkan pemerkosaan dari seseorang yang sudah cukup berumur.” Pengakuan itu membuat para warga bisik-bisik. Airin, seorang perempuan muda yang terkenal begitu periang ternyata bisa mengalami hal yang begitu memalukan.
“Aku gak tau apa yang harus aku perbuat. Aku masih mencintai Airin, tapi melihat dia sudah tak lagi….” Juna tak lagi meneruskan kalimat itu. Alif sendiri juga tau apa yang ingin dia katakan.
“Mas Juna, kalo memang mencintai seseorang, seharusnya tidak mempermasalahkan apapun yang terjadi di masa lalunya. Aku sudah dapat cerita dari ibunya, dia melakukan hal tersebut bukan karena keinginannya sendiri. Dia dipaksa seseorang kan?”
“Mas, apa yang harus aku lakukan?”
“Jika sampeyan benar-benar mencintai Airin, pasti Sampeyan tau apa yang harus dilakukan.” Juna terdiam beberapa saat. Dia akhirnya menangis dan memeluk Alif. Ucapan terima kasih dia terus ucapkan pada Alif.